Resensi Buku

Bagian ke-12 Rangkuman Buku “Learned Optimism”

Artikel ini membahas tentang bagaimana mengubah gaya berpikir pesimis menjadi optimistis, dan bagaimana hal itu dapat meningkatkan kualitas hidup Anda secara signifikan. Artikel ini merupakan kelanjutan dari pembahasan buku “Learned Optimism: How to Change Your Mind and Your Life” karya Martin E. P. Seligman.

Memahami Model ABCDE

Seligman menjelaskan bahwa ketika kita menghadapi kesulitan, reaksi kita terhadapnya tidak langsung muncul dari kesulitan itu sendiri, tetapi dari cara berpikir kita tentang kesulitan tersebut. Inilah yang ia sebut dengan model ABCDE:

  • A (Adversity): Merupakan kejadian atau tantangan yang kita hadapi.
  • B (Belief): Merupakan cara berpikir kita tentang kejadian tersebut, yang dapat bersifat pesimis atau optimistis.
  • C (Consequences): Merupakan reaksi kita terhadap kejadian tersebut, baik dalam bentuk emosi maupun tindakan, yang dipengaruhi oleh cara berpikir kita.
  • D (Disputation): Merupakan proses menantang dan mengubah cara berpikir pesimis yang telah terbentuk.
  • E (Energization): Merupakan hasil akhir dari proses disputation, yang akan menghasilkan perasaan dan tindakan yang lebih positif dan produktif.

Mengidentifikasi Model ABCDE dalam Kehidupan

Seseorang dengan gaya berpikir pesimis cenderung menafsirkan kesulitan dengan cara yang negatif, yaitu sebagai sesuatu yang permanen, meluas, dan menjadi tanggung jawab pribadi. Ini dapat memicu perasaan putus asa dan pasif, membuat mereka sulit untuk bangkit dari kekecewaan dan bergerak maju.

Untuk mengidentifikasi model ABCDE dalam kehidupan, Seligman menyarankan untuk membuat catatan harian yang mencatat kejadian, cara berpikir, dan reaksi kita terhadapnya.

Strategi Mengubah Cara Berpikir Pesimis

Seligman memberikan dua strategi utama untuk mengubah cara berpikir pesimis menjadi optimistis. Cara pertama adalah distraksi. Teknik ini bertujuan untuk mengalihkan fokus pikiran dari pikiran negatif. Beberapa cara yang dapat dilakukan seperti:

  • Menggunakan objek fisik, seperti benda yang menarik perhatian untuk mengalihkan fokus.
  • Menjadwalkan waktu khusus untuk memikirkan masalah yang mengganggu.
  • Menuliskan pikiran-pikiran negatif untuk membebaskan pikiran.

Cara yang kedua disebut disputasi. Teknik ini bertujuan untuk menantang dan merubah cara berpikir pesimis. Beberapa cara yang dapat dilakukan seperti:

  • Bukti: Mencari bukti yang mendukung atau menolak keyakinan pesimis.
  • Alternatif: Mencari alternatif penjelasan yang lebih positif.
  • Implikasi: Menilai dampak dari keyakinan pesimis dan mencari cara untuk mengatasinya.
  • Kegunaan: Menganalisis apakah keyakinan pesimis bermanfaat atau justru merugikan.

Melatih Keterampilan Disputasi

Seligman menekankan pentingnya melatih keterampilan disputasi untuk menguasai cara berpikir optimistis. Ia menyarankan untuk:

  • Berlatih dengan teman: Meminta teman untuk berperan sebagai kritikus, kemudian Anda bisa mencoba untuk menangkis kritik tersebut dengan cara berpikir optimistis.
  • Menuliskan pengalaman ABCDE: Mencatat kejadian, cara berpikir, reaksi, dan proses disputasi untuk menganalisis pola berpikir dan memperkuat keterampilan disputasi.

Pentingnya Optimisme Fleksibel

Seligman menekankan pentingnya optimisme fleksibel, yaitu kemampuan untuk memilih kapan harus menggunakan optimisme dan kapan harus menggunakan pesimisme.

Pesimisme memiliki sisi positifnya, seperti membantu kita melihat realitas dengan lebih jernih dan membuat kita lebih berhati-hati dalam membuat keputusan. Namun, kita harus waspada terhadap dampak negatif dari pesimisme yang dapat menghambat kemajuan dan kebahagiaan kita.

Melalui pemahaman model ABCDE, latihan disputasi, dan penerapan optimisme fleksibel, Seligman yakin bahwa kita dapat mengendalikan cara berpikir kita dan meraih kehidupan yang lebih positif, produktif, dan bahagia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *