Bagian ke-9 Rangkuman Buku “Learned Optimism”
Salah satu bagian dalam buku “Learned Optimism” karya Martin E.P. Seligman membahas tentang peran optimisme dalam dunia olahraga. Seligman dan timnya meneliti bagaimana gaya penjelasan atlet atas pengalamannya bertanding, baik individu maupun tim, memengaruhi performa mereka, terutama dalam situasi tekanan.
Optimisme dalam Olahraga: Teori dan Prediksi
Seligman mengusulkan tiga prediksi utama terkait optimisme dalam olahraga:
- Prestasi Individu: Dalam situasi yang sama, atlet dengan gaya penjelasan yang lebih optimis akan cenderung meraih kemenangan. Mereka lebih gigih dan pantang menyerah, terutama setelah mengalami kekalahan.
- Prestasi Tim: Tim dengan gaya penjelasan yang lebih optimis akan lebih cenderung meraih kemenangan. Ini akan terlihat terutama dalam situasi tekanan tinggi.
- Pengaruh Perubahan Gaya Penjelasan: Jika atlet dapat mengubah gaya penjelasan mereka dari pesimis menjadi optimis, mereka akan meraih kemenangan lebih sering, terutama dalam situasi tekanan.
Menguji Teori di Dunia Nyata
Seligman dan timnya melakukan berbagai penelitian untuk menguji teori tersebut dengan menganalisis laporan berita olahraga di media cetak. Mereka menggunakan teknik “CAVE” (Content Analysis of Verbatim Explanations) untuk mengukur gaya penjelasan atlet berdasarkan pernyataan mereka tentang penyebab kemenangan atau kekalahan.
Baseball: Mets vs. Cardinals
Seligman meneliti dua tim baseball di Liga Nasional tahun 1985: New York Mets dan St. Louis Cardinals. Kedua tim memiliki talenta yang seimbang, namun memiliki gaya penjelasan yang berbeda. Tim Mets memiliki gaya penjelasan yang optimis, cenderung menjelaskan kekalahan dengan faktor-faktor sementara, spesifik, dan eksternal, seperti cuaca buruk atau kesalahan lawan. Sementara itu, Tim Cardinals memiliki gaya penjelasan yang pesimis, cenderung menuding diri sendiri sebagai penyebab kekalahan dan melihat kegagalan sebagai sesuatu yang permanen dan meluas. Hasilnya menunjukkan bahwa prediksi Seligman benar: Mets yang optimis meraih prestasi lebih baik di tahun berikutnya, sementara Cardinals yang pesimis mengalami penurunan performa.
Basket: Celtics vs. Nets
Penelitian serupa dilakukan pada tim basket NBA di divisi Atlantik tahun 1982-1983 dan 1983-1984. Seligman membandingkan dua tim dengan gaya penjelasan yang berbeda: Boston Celtics, yang memiliki gaya penjelasan yang optimis dan cenderung menjelaskan kekalahan dengan faktor-faktor sementara dan eksternal, dan New Jersey Nets, yang memiliki gaya penjelasan yang pesimis dan menuding diri sendiri sebagai penyebab kekalahan. Hasilnya menunjukkan bahwa tim Celtics yang optimis mampu bangkit dari kekalahan dan meraih kemenangan lebih banyak, sementara tim Nets yang pesimis mengalami kesulitan untuk bangkit dari kekalahan.
Studi Perenang di Berkeley
Penelitian selanjutnya dilakukan pada tim perenang di Universitas Berkeley. Seligman menemukan bahwa gaya penjelasan perenang secara individual dapat memprediksi performa mereka, terutama dalam situasi tekanan. Atlet yang optimis menunjukkan performa lebih baik setelah mengalami kegagalan, sementara atlet yang pesimis mengalami penurunan performa.
Implikasi untuk Pelatih dan Atlet
Seligman menyimpulkan bahwa optimisme merupakan faktor penting dalam mencapai sukses di dunia olahraga. Implikasi praktis dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa optimisme sulit dikenali hanya dengan intuisi, sehingga menggunakan alat ukur seperti CASQ dan ASQ (Attributional Style Questionnaire) membantu pelatih untuk mengidentifikasi atlet dengan potensi optimisme yang tinggi. Ketika dua atlet memiliki bakat yang sama, pelatih sebaiknya memilih atlet yang lebih optimis karena mereka lebih mungkin untuk meraih kesuksesan dalam jangka panjang. Pelatih juga dapat melatih atlet yang memiliki gaya penjelasan pesimis untuk menjadi lebih optimis dengan menggunakan teknik seperti disputasi, externalisasi suara, dan model ABCDE.
Penutup
Penelitian Seligman menunjukkan bahwa optimisme merupakan faktor penting yang memengaruhi prestasi di dunia olahraga. Atlet yang memiliki gaya penjelasan optimis cenderung lebih gigih, memiliki kemampuan untuk bangkit dari kegagalan, dan mampu meraih kemenangan, terutama dalam situasi tekanan. Pelatih dan atlet dapat memanfaatkan pemahaman tentang optimisme untuk meningkatkan performa dan meraih hasil yang lebih baik.