Bagian ke-13 Rangkuman Buku “Learned Optimism”
Pembahasan kali ini melanjutkan resensi buku “Learned Optimism” oleh Martin E.P. Seligman yang membahas pentingnya mengajarkan optimisme kepada anak-anak. Seligman berpendapat bahwa optimisme merupakan keterampilan yang dapat dipelajari, dan seperti halnya keterampilan lain, semakin awal dipelajari, semakin besar manfaatnya bagi kehidupan anak-anak.
Dalam pembahasan bagian ini, Seligman membahas bagaimana cara orang tua dapat membantu anak-anak mereka untuk menyingkirkan pesimisme dan mengembangkan cara berpikir yang lebih positif. Dia mengemukakan beberapa poin penting:
1. Mengukur Pesimisme pada Anak
Seligman menyajikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan oleh orang tua untuk menilai gaya berpikir anak mereka. Pertanyaan ini dikategorikan berdasarkan tiga dimensi utama, yaitu:
- Permanen: Apakah anak menganggap kejadian buruk bersifat permanen dan akan selalu terjadi?
- Pervasive: Apakah anak menganggap kejadian buruk bersifat universal dan akan mempengaruhi semua aspek kehidupan?
- Personal: Apakah anak menganggap dirinya sebagai penyebab kejadian buruk?
Seligman menyarankan orang tua untuk memberikan pertanyaan-pertanyaan ini kepada anak mereka yang berusia di atas tujuh tahun, menggunakan tes yang disebut Children’s Attributional Style Questionnaire (CASQ). Jika skor anak di bawah rata-rata, mereka berisiko lebih tinggi mengalami depresi.
2. Asal-Usul Pesimisme
Seligman mengidentifikasi tiga sumber utama pesimisme pada anak-anak:
- Gaya Berpikir Ibu: Anak-anak cenderung menyerap gaya berpikir ibu mereka, terutama dalam hal menjelaskan kejadian buruk.
- Kritik dari Orang Dewasa: Anak-anak yang sering menerima kritik negatif cenderung mengembangkan gaya berpikir pesimis.
- Trauma Masa Kecil: Kejadian traumatis di masa kecil, seperti kehilangan orang tua atau trauma lainnya, dapat membentuk gaya berpikir pesimis.
3. Mengubah Pola Berpikir
Seligman menjelaskan bagaimana orang tua dapat membantu anak mereka untuk mengubah pola berpikir pesimis:
- Model ABC: Seligman menekankan pentingnya membantu anak memahami hubungan antara kejadian buruk (Adversity), pikiran (Belief), dan perasaan (Consequences).
- Disputasi: Orang tua dapat mengajarkan anak-anak untuk menantang pikiran negatif yang muncul setelah kejadian buruk, dengan cara mencari bukti, alternatif, implikasi, dan manfaat dari berpikir positif.
- Externalisasi Suara: Seligman menyarankan penggunaan boneka atau peran untuk membantu anak-anak menghadapi pikiran negatif dan membantahnya.
4. Pentingnya Optimisme dalam Kehidupan Anak
Seligman menekankan bahwa optimisme merupakan keterampilan yang sangat penting untuk kesuksesan anak-anak di sekolah, kehidupan sosial, dan masa depan mereka. Anak-anak yang optimis cenderung lebih gigih, lebih mudah mengatasi kegagalan, dan lebih bahagia.
Kesimpulan
Pembahasan salah satu bagian dari buku “Learned Optimism” kali ini merupakan panduan praktis bagi orang tua untuk membantu anak-anak mereka mengembangkan pola berpikir optimis. Dengan memahami akar pesimisme dan menerapkan strategi yang ditawarkan, orang tua dapat membantu anak-anak mereka meraih kehidupan yang lebih bahagia dan sukses.