Resensi Buku

Batasan dalam Kemenangan Kekuasaan 1

Kekuasaan adalah sesuatu yang sulit diperoleh dan lebih sulit dipertahankan. Kemenangan besar sering kali membawa bahaya yang tak terduga. Arogansi dan kepercayaan diri yang berlebihan dapat mendorong seseorang melampaui batas dan menciptakan musuh baru yang jumlahnya lebih banyak daripada jumlah para pihak yang telah dikalahkan. Kunci untuk mempertahankan kekuasaan adalah tidak membiarkan kesuksesan mempengaruhi kebijakan Anda dan selalu memiliki strategi dan perencanaan yang matang. Mengetahui kapan harus berhenti adalah salah satu prinsip dalam meraih kekuasaan. Ini termaktub dalam buku 48 Laws of Power karya Robert Greene.

Sejarah telah menunjukkan bahwa posisi yang paling rapuh dan berbahaya adalah nyonya raja. Tanpa basis kekuatan yang nyata, dikelilingi oleh musuh yang iri, dan hanya memiliki kecantikan fisik sebagai sumber kekuatan, nyonya raja sering kali menghadapi kejatuhan yang tak terhindarkan. Namun, ada beberapa pengecualian untuk aturan ini, dan salah satunya adalah Madame de Pompadour, nyonya raja Louis XV dari Prancis.

Madame de Pompadour lahir sebagai Jeanne Poisson, anak kelas menengah dari sembilan bersaudara. Sejak kecil, dia diberitahu oleh seorang peramal bahwa dia akan menjadi favorit raja. Meskipun tampaknya mustahil, Jeanne tetap percaya pada takdirnya dan bekerja keras untuk mempersiapkan diri. Dia belajar musik, menari, akting, menunggang kuda, dan semua bakat yang dia pikir akan menarik perhatian raja.

Ketika dia tumbuh dewasa, Jeanne menikah dengan seorang bangsawan dan mulai bergerak dalam lingkaran sosial yang lebih tinggi. Dia menjadi teman dekat dengan Voltaire, Montesquieu, dan pemikir hebat lainnya pada masanya, dan berita tentang kecantikan, bakat, pesona, dan kecerdasannya mulai menyebar. Namun, dia tidak pernah melupakan tujuan yang telah dia tetapkan sebagai seorang gadis: untuk merebut hati raja.

Ketika nyonya raja yang sedang berkuasa, Duchesse de Chateauroux, meninggal, Jeanne melihat ini sebagai kesempatan untuk mendekati raja. Dia dengan sengaja menempatkan dirinya di tempat-tempat di mana raja akan berada dan menampilkan bakat-bakatnya. Akhirnya, usahanya membuahkan hasil dan dia menjadi nyonya raja.

Namun, menjadi nyonya raja bukanlah jaminan kekuasaan yang abadi. Madame de Pompadour tahu bahwa dia harus terus membuat raja terhibur jika dia ingin mempertahankan posisinya. Dia mengorganisir pertunjukan teater, pesta berburu, pesta lainnya, dan menjadi pelindung seni dan tokoh trend dan mode untuk seluruh Prancis.

Namun, yang paling penting, Madame de Pompadour tidak pernah menunjukkan keserakahan atau segala bentuk dendam. Dia mencoba memenangkan dukungan dari abdi dalem dan bahkan berteman dengan ratu. Ketika dia tidak bisa lagi memenuhi tugas fisiknya sebagai nyonya rumah, dia tidak khawatir tentang penggantinya dan pada akhirnya tetap menjadi wanita paling berkuasa di Prancis.

Pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah Madame de Pompadour adalah pentingnya kecerdikan dan strategi dalam mempertahankan kekuasaan. Setelah meraih kemenangan, kita harus lebih waspada terhadap perubahan nasib dan selalu memperhatikan hukum kekuasaan. Kita juga harus mengenali peran keberuntungan dan keadaan dalam kesuksesan kita dan tidak pernah membiarkan kesuksesan kita mempengaruhi kepala kita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *