Resensi Buku

Ciptakan Karakter yang Sesuai untuk Meraih Tujuan 4

Karakter atau kepribadian yang kita miliki sejak lahir belum tentu mencerminkan siapa kita sebenarnya. Selain dari warisan genetik kita, orang tua, teman, dan rekan-rekan kita juga berperan dalam membentuk siapa kita sekarang. Tugas yang berat namun penuh kekuatan adalah mengendalikan proses ini dan berhenti membiarkan orang lain membatasi dan membentuk kita. Kita perlu merubah diri kita menjadi karakter yang berkuasa atas hidup kita sendiri.

Langkah pertama dalam proses penciptaan diri adalah kesadaran diri—yaitu menyadari bahwa kita adalah aktor dalam kehidupan kita dan memiliki kendali atas penampilan dan emosi kita. Aktor yang buruk adalah orang yang selalu tulus. Orang-orang yang terlalu mengungkapkan perasaan mereka di depan orang banyak akan memunculkan kesan melelahkan dan memalukan. Mereka yang terus-terusan menangis di depan umum mungkin awalnya mendapat simpati, tetapi simpati itu akan berubah menjadi ejekan dan kejengkelan karena orang menganggap mereka hanya terobsesi dengan diri sendiri — muncul anggapan mereka menangis hanya untuk mencari perhatian, dan orang enggan memberikan respon seperti yang diharapkan.

Sebaliknya, aktor yang baik memiliki kendali diri yang lebih baik. Mereka dapat bermain dengan tulus dan penuh dedikasi, dapat menunjukkan air mata dan ekspresi kasih sayang dengan kuat, tetapi mereka tidak harus benar-benar merasakannya. Mereka bisa mengeksternalisasi emosi dalam bentuk yang bisa dimengerti orang lain. Metode akting ini sangat berguna di dunia nyata. Tidak seorang penguasa atau pemimpun pun bisa memainkan peran itu jika semua emosi yang mereka perlihatkan harus benar-benar nyata. Jadi, belajarlah untuk mengendalikan diri seperti aktor yang dapat membentuk wajah mereka sesuai dengan emosi yang diperlukan.

Langkah kedua dalam proses penciptaan diri adalah mengadopsi strategi George Sand: menciptakan karakter yang mudah diingat, menarik perhatian, dan menonjol di atas pemain lain di panggung kehidupan kita.

Jenis langkah kedua inilah yang digunakan pula oleh Abraham Lincoln. Dia sadar bahwa orang Amerika menyukai presiden yang sederhana dan biasa seperti dirinya. Meskipun banyak dari kualitas itu telah ada dalam dirinya, dia memperbkuat kesan itu dengan memakai topi dan pakaian sederhana serta jenggot. Jenggot ini unik karena tidak ada presiden sebelumnya yang pernah memilikinya. Lincoln juga menjadi presiden pertama yang menggunakan foto untuk penyebaran citranya, yang membantu menciptakan ikon presiden yang brasal dari rakyat biasa.

Namun, sebuah drama yang hebat membutuhkan lebih dari sekadar penampilan menarik atau momen yang menonjol. Drama berlangsung dari waktu ke waktu—ini adalah peristiwa yang terjadi secara berangsur-angsur. Irama dan waktu memegang peranan penting. Salah satu elemen paling penting dalam ritme drama adalah ketegangan. Contohnya, Houdini kadang-kadang bisa menyelesaikan aksi pelariannya dalam hitungan detik, tetapi dia memperpanjangnya selama beberapa menit untuk membuat penonton merasa tegang dan tertarik. Kunci untuk membuat penonton tetap terpaku adalah dengan memainkan acara secara perlahan, lalu mempercepatnya pada waktu yang tepat, sesuai dengan pola dan tempo yang kita kendalikan. Penguasa besar seperti Napoleon dan Mao Tse-tung telah menggunakan waktu yang teatrikal untuk mengejutkan dan mengalihkan perhatian publik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *