Resensi Buku

Dalam Kekuasaan, Jagalah Tangan Anda Selalu Bersih 2

Di luar konteks kekuasaan, penggunaan kambing hitam sudah ada sejak lama, bahkan sejak zaman peradaban pertama muncul, dan contohnya bisa ditemukan di berbagai budaya di seluruh dunia. Ide pokok di balik tindakan ini adalah mengalihkan rasa bersalah dan dosa kepada sosok di luar diri kita, bisa berupa hewan atau manusia—yang kemudian diabaikan atau dihancurkan.

Franklin D. Roosevelt dikenal sebagai sosok yang jujur dan adil. Meskipun begitu, dalam perjalanannya sebagai pemimpin, dia dihadapkan pada banyak situasi di mana bertindak terlalu baik dapat berujung pada masalah politik. Namun, dia tetap ingin dipandang sebagai seseorang yang tidak terlibat dalam tindakan licik. Selama dua puluh tahun, sekretarisnya, Louis Howe, memainkan peran yang kurang terpuji. Howe terlibat dalam perundingan rahasia, mengendalikan informasi yang diberikan kepada media, serta melakukan taktik-taktik kampanye yang tidak fair. Setiap kali kesalahan terjadi atau tindakan kotor yang bertentangan dengan citra positif Roosevelt terbongkar, Howe dengan rela menjadi orang yang disalahkan tanpa mengeluh. Dengan mudah ia mengambil tanggung jawab, kambing hitam juga bisa memberikan peringatan kepada orang lain tentang apa yang bisa terjadi jika melakukan kesalahan serupa.

Kadang-kadang akan efektif untuk memilih seseorang yang paling tidak bersalah sebagai tumbal. Orang-orang semacam itu cenderung tidak memiliki kekuatan untuk melawan Anda, dan reaksi naif mereka bisa dianggap sebagai protes berlebihan, yang pada dasarnya menunjukkan kesalahan mereka. Namun, perlu berhati-hati agar tidak membuat mereka menjadi martir. Hal penting adalah Anda tetap menjadi “korban,” seolah-olah Anda adalah pemimpin yang malang yang dikhianati oleh kegagalan orang-orang di sekitar Anda. Jika kambing hitam terlihat terlalu lemah dan hukumannya terlalu berat, Anda mungkin akan jatuh dalam perangkap yang Anda buat sendiri.

Terkadang, Anda harus mencari kambing hitam yang lebih tangguh—kambing hitam yang akan memunculkan simpati dalam jangka panjang. Dalam situasi ini, sejarah sering memperlihatkan adanya manfaat dalam menggunakan orang dekat sebagai kambing hitam. Ini disebut “kejatuhan si favorit.” Banyak pemimpin memiliki favorit pribadi di lingkungan mereka, seseorang yang dipilih tanpa alasan yang jelas, dan diberikan perhatian khusus. Namun, favorit ini bisa menjadi kambing hitam yang cocok jika reputasi pemimpin terancam. Masyarakat akan dengan mudah percaya bahwa si favorit bersalah — masyarakat beranggapan bahwa pemimpin tidak akan mengorbankan orang yang disukainya kecuali memang terdapat kesalahan. Orang lain di sekitar yang mungkin tidak suka dengan si favorit akan senang melihat kejatuhannya. Pemimpin juga akan lepas dari hubungan dengan orang yang mungkin telah mengetahui terlalu banyak, bahkan mungkin yang jadi makin sombong atau mengancam. Memilih orang dekat sebagai kambing hitam memiliki prinsip yang sama dengan “kejatuhan si favorit.” Mungkin Anda akan kehilangan teman atau sekutu, tetapi dalam sudut pandang yang lebih luas, lebih penting untuk menyembunyikan kesalahan daripada mempertahankan seseorang yang suatu hari mungkin akan mengkhianati Anda. Lagipula, selalu ada kemungkinan menemukan orang baru untuk menggantikan peran tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *