Resensi Buku

Jangan Terlalu Sempurna dalam Kekuasaan 3

Kedengkian adalah emosi yang kuat dan merusak. Terkadang, orang-orang yang memiliki kualitas, bakat, atau keberhasilan yang luar biasa menjadi sasaran kedengkian dari orang-orang di sekitar mereka. Kedengkian ini muncul karena rasa rendah diri yang menggerogoti mereka, membuat mereka merasa terhenti dalam kehidupan mereka. Kecemburuan, yang bisa dianggap sebagai “kekaguman yang tidak menyenangkan” oleh filsuf Kierkegaard, terus terjadi.

Minoritas yang berhasil dalam permainan kehidupan seringkali menimbulkan kecemburuan dari teman dan kenalan mereka yang ada di lingkaran sekitar. Orang-orang yang ditinggalkan merasa rendah diri dan merasa stagnan dengan melihat kesuksesan orang lain. Kecemburuan ini dapat menjadi bahaya besar, karena bisa merusak hubungan dan menciptakan permusuhan.

Namun, ada strategi yang dapat digunakan untuk menghadapi kedengkian ini. Salah satunya adalah dengan mengurangi kecemerlangan kita sesekali, dengan sengaja menunjukkan kekurangan, kelemahan, atau kecemasan kita. Dengan melakukan ini, kita bisa membuat orang lain merasa lebih nyaman dan lebih mudah mencapai kebahagiaan yang kita miliki. Menghubungkan kesuksesan kita dengan keberuntungan juga bisa menjadi strategi yang efektif. Selain itu, mencari teman baru juga bisa membantu mengurangi kecemburuan di sekitar kita.

Perlu diingat bahwa meskipun kita mencapai posisi tinggi, kita tidak boleh mengasingkan mantan rekan-rekan kita. Kekuasaan membutuhkan dukungan yang luas dan kokoh, dan kecemburuan yang tumbuh secara diam-diam bisa merusak basis dukungan tersebut. Oleh karena itu, penting untuk tetap rendah hati dan tidak terlalu ambisius.

Kecemburuan adalah emosi yang tidak langsung, dan orang-orang yang iri akan mencari berbagai cara untuk melemahkan kita. Oleh karena itu, kita harus bertindak sebelum kecemburuan benar-benar berakar. Namun, jika kecemburuan sudah muncul, terkadang yang terbaik adalah menunjukkan keberhasilan kita dengan jelas. Setiap kemenangan baru harus digunakan sebagai kesempatan untuk membuat orang yang iri merasa tidak nyaman. Keberuntungan dan kekuatan kita harus menjadi sumber kegelisahan bagi mereka. Dengan mencapai posisi kekuatan yang tak terbantahkan, kecemburuan mereka tidak akan mempengaruhi kita, dan kita akan memiliki balas dendam terbaik: mereka terjebak dalam kecemburuan sementara kita bebas dalam kekuatan kita.

Contoh yang menggambarkan hal ini adalah kisah Michelangelo dan Bramante. Bramante merasa iri dengan keterampilan Michelangelo dan mencoba menjatuhkannya dengan mengusulkan proyek yang diperkirakan akan sulit diselesaikan. Harapannya, Michelangelo akan memperoleh reputasi buruk dalam seni pahat karena kegagalan tersebut. Namun, Michelangelo melihat jebakan itu dan memanfaatkannya sebagai motivasi untuk menciptakan karyanya yang paling sempurna, Kapel Sistina. Setiap kali Bramante melihat hasil karya Michelangelo, ia merasa tertekan oleh rasa iri yang dia rasakan sendiri.

Kedengkian adalah emosi yang kompleks dan merusak. Namun, dengan menggunakan strategi yang tepat, kita bisa menghadapinya dengan bijaksana. Dengan memahami dan mengelola kedengkian, kita dapat membangun hubungan yang sehat dan positif dengan orang-orang di sekitar kita, sambil tetap mencapai kesuksesan yang kita inginkan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *