Membangun Kekuasaan Melalui Pengkultusan 1
Melalui bukunya, 48 Laws of Power, Robert Greene menjelaskan konsep pembangunan pengaruh atau kekuasaan yang menggunakan modus penciptaan kultus terhadap sesuatu atau seseorang. Fenomena ini bisa terjadi karena orang-orang memiliki kecenderungan alami untuk ingin percaya pada sesuatu. Ini adalah dorongan batin yang membuat kita mencari makna dan keyakinan dalam hidup. Namun, terkadang keinginan ini bisa dimanfaatkan oleh individu yang ingin menciptakan pengikut atau kelompok yang fanatik terhadap gagasan atau keyakinan tertentu.
Penting untuk menyadari bahwa keinginan untuk percaya pada sesuatu dapat membuat kita rentan terhadap manipulasi. Banyak orang yang merasa hampa atau ragu-ragu mencari jawaban dalam bentuk kepercayaan baru. Mereka ingin merasa diarahkan dan memiliki tujuan yang lebih besar dalam hidup. Inilah kondisi yang bisa dimanfaatkan oleh mereka yang terobsesi dengan kekuasaan. Pada hakekatnya mereka yang memanfaatkan kerentanan ini bisa dikategorikan seorang penipu.
Para penipu ini menggunakan berbagai cara untuk menciptakan pengikut dan pengkultusan di sekitar diri mereka. Mereka menawarkan keyakinan baru yang menjanjikan kekuatan atau pencerahan. Mereka menekankan rasionalitas dan penalaran untuk meyakinkan orang-orang bahwa apa yang mereka tawarkan adalah benar. Kemudian, mereka memberikan ritual atau tugas kepada para pengikut tersebut, menciptakan keterikatan yang kuat dan mengharuskan pengorbanan atas nama sang penipu.
Ketika kelompok pengikut ini semakin besar, pengaruh penipu ini juga semakin besar. Pengikut tidak hanya mengagumi dan memuja penipu, tetapi juga melindungi dan mempertahankan keyakinannya dengan keras. Dengan demikian, penipu ini mendapatkan kekuatan yang tak terduga, seolah-olah mereka memiliki kendali atas pemikiran dan tindakan para pengikut mereka.
Fenomena ini tidak baru dalam sejarah manusia. Kita dapat melihat pola serupa terjadi dalam berbagai tren atau gerakan, baik dalam bidang agama, ilmu pengetahuan, seni, bahkan bisnis. Orang sering kali mencari sesuatu untuk dipercayai dengan begitu lapar sehingga mereka mudah tertipu oleh janji-janji yang terlihat menggiurkan.
Orang-orang yang kurang kritis berpikir dan tidak terbiasa membangun keraguan yang sehat rentan terjebak dalam janji-janji yang menggiurkan. Apalagi saat berada dalam kerumunan atau kelompok, sebagian besar orang akan kehilangan kemampuan untuk melihat dengan jelas dan objektif. Sebaliknya, orang-orang yang selalu mempertahankan kewaspadaan dan kemampuan untuk bertanya-tanya akan sulit terjebak dengan janji-janji yang terlihat terlalu menggiurkan.
Terlepas dari perubahan zaman dan perkembangan teknologi, manusia akan tetap memiliki kecenderungan untuk mencari suatu kepercayaan. Mereka yang terobsesi dengan kekuasaan, yang memanfaatkan modus pembangunan kultus, ,mungkin juga belajar dari sejarah dalam mencari-cari cara memanipulasi orang lain. Dengan memahami dasar-dasar kepercayaan dan perilaku manusia, para penipu yang haus kekuasaan ini pastinya akan selalu mengembangkan cara-cara baru dalam memanipulasi orang lain.