Resensi Buku

Membatasi Pilihan untuk Meraih Kekuasaan 1

Interaksi antar manusia yang melibatkan unsur kekuasaan merupakan permainan tipu muslihat. Seperti itulah kurang lebihnya sudut pandang yang diambil oleh buku 48 Laws of Power dalam mengamati dinamika kekuasaan. Sedangkan tipu muslihat terbaik adalah ketika Anda membuat orang lain merasa seolah-olah mereka memiliki pilihan.

Dengan ini, orang lain berpikir bahwa mereka memiliki kendali, tetapi sebenarnya Anda yang mengendalikan situasinya. Anda memberikan mereka beberapa opsi, yang sebenarnya semuanya menguntungkan Anda. Anda membuat mereka harus memilih antara dua pilihan yang buruk, namun keduanya menguntungkan Anda. Mereka seperti diletakkan di persimpangan jalan yang sulit: tidak peduli ke arah mana mereka berpaling, mereka tetap menguntungkan Anda.

Penarikan diri adalah cara yang umum digunakan untuk mengontrol situasi. Anda membuat orang lain merasa bahwa segalanya akan berantakan tanpa kehadiran Anda, lalu Anda menawarkan “pilihan” kepada mereka: Anda pergi dan mereka harus menghadapi konsekuensinya, atau Anda kembali dengan syarat-syarat yang Anda tentukan. Dengan cara ini, Anda mengendalikan pilihan mereka, karena alternatifnya terasa sangat tidak menyenangkan. Anda memaksa mereka tanpa terlihat langsung memaksa. Mereka merasa seolah-olah memiliki pilihan, tetapi pada kenyataannya mereka terjebak dalam perangkap Anda dengan lebih mudah setiap kali mereka merasa memiliki pilihan.

Kata-kata seperti “kebebasan”, “pilihan”, dan “alternatif” seringkali membuat kita berpikir bahwa kita memiliki banyak kemungkinan dalam hidup. Namun, jika kita perhatikan dengan cermat, pilihan yang sebenarnya sering kali terbatas. Terkadang, kita hanya diberi pilihan antara A dan B, tanpa opsi lain yang jelas. Meskipun begitu, kita seringkali enggan untuk memikirkan pilihan yang tidak tersedia. Kita cenderung percaya bahwa kita memiliki kebebasan untuk memilih, meskipun sebenarnya kita mungkin tidak memiliki banyak pilihan yang sesungguhnya.

Pilihan yang terbatas bisa membuat kita merasa nyaman. Namun, ini juga memberi kesempatan kepada orang yang cerdik untuk melancarkan tipu muslihat. Orang-orang yang memilih di antara beberapa alternatif sulit untuk menyadari bahwa mereka sesungguhnya telah dimanipulasi atau ditipu. Mereka mungkin tidak menyadari bahwa mereka hanya diberi sedikit kebebasan untuk ditukarkan dengan pemaksaan kehendak yang lebih kuat.

Salah satu cara yang sering digunakan untuk mengendalikan pilihan orang adalah dengan “mewarnai pilihan.” Contohnya adalah apa yang dilakukan oleh Henry Kissinger ketika dia menjadi sekretaris negara di masa pemerintahan presiden Nixon. Dia akan mengusulkan beberapa pilihan tindakan untuk situasi tertentu dan mempresentasikannya sedemikian rupa sehingga pilihan yang dia inginkan akan terlihat sebagai yang terbaik.

Cara lain untuk mengendalikan pilihan orang adalah dengan “memaksa penghalang.” Ini adalah metode yang digunakan oleh Dr. Milton H. Erickson, seorang perintis terapi hipnosis. Agar pasiennya tidak lagi kambuh, ia malah menawarkan pilihan pada pasiennya agar kambuh dan kembali lagi ke kondisi awal sebelum terapi. Dalam situasi ini, pasien sering “memilih” untuk menghindari kekambuhan, yang sebenarnya adalah tujuan yang diinginkan oleh Erickson. Teknik ini dapat digunakan untuk mengendalikan orang yang yang sering melakukan tindakan yang berlawanan dengan yang diinginkan. Seperti orang tua yang melarang sesuatu pada anaknya yang masih kecil, tapi ucapannya malah menyuruh anaknya melakukan larangan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *