Mengendalikan Waktu untuk Meraih Kekuasaan 1
Bersikap tidak tergesa-gesa menunjukkan kendali diri. Ini merupakan kunci meraih kekuasaan dengan tenang dan penuh kebijaksanaan. Seiring berjalannya waktu, sikap sabar menjadi senjata ampuh, seolah-olah kita tahu bahwa segala sesuatu akan datang pada waktunya. Jadilah seperti seorang detektif yang cermat, kita perlu mengendus semangat zaman dan mengikuti tren yang akan membawa kita menuju puncak kekuasaan atau bentuk keberhasilan lainnya. Belajarlah untuk mundur saat waktunya belum tepat, dan bergeraklah dengan keberanian saat hasil sudah terlihat jelas. Inilah prinsip pengendalian waktu dalam buku 48 Laws of Power.
Waktu adalah konsep buatan manusia, menjadi alat untuk mengukur ketidakterbatasan keabadian dan menjadikan alam semesta lebih manusiawi. Dengan kita menciptakan konsep waktu, kita memiliki kekuatan untuk membentuknya sesuai keinginan kita, membuatnya menjadi alat yang dapat dimanfaatkan. Waktu memainkan peran yang berbeda bagi setiap individu; bagi seorang anak, waktu terasa panjang dan lambat, sementara bagi orang dewasa, waktu berlalu dengan cepat. Persepsi waktu tergantung pada pikiran kita, dan kita bisa dengan sengaja mengubahnya. Ini adalah dasar dalam menguasai seni mengatur waktu.
Penting untuk memahami bahwa emosi memengaruhi persepsi kita tentang waktu. Jika kita membiarkan emosi menguasai diri, waktu akan terasa berlalu dengan cepat. Namun, dengan mengendalikan respons emosional terhadap suatu peristiwa, kita dapat membuat waktu berjalan lebih lambat. Perubahan dalam cara kita menanggapi emosi ini dapat memperpanjang pandangan kita tentang waktu di masa depan, membuka peluang untuk mengatasi ketakutan dan kemarahan.
Dalam menghadapi waktu, ada tiga jenis situasi yang perlu kita hadapi, masing-masing dengan tantangan dan solusi yang berbeda. Pertama adalah waktu yang panjang, yang membutuhkan kesabaran dan pendekatan yang penuh kelembutan. Penanganan yang tepat pada waktu yang panjang cenderung bersifat defensif, menanti momen yang tepat. Selanjutnya, ada waktu paksa, yaitu waktu yang singkat yang dapat dimanipulasi untuk keuntungan kita. Lalu ada waktu akhiran, di mana rencana harus dijalankan tanpa ragu, dengan kecepatan dan kekuatan penuh.
Dalam mengelola waktu, kesabaran, kebijaksanaan, dan kemampuan untuk mengendalikan emosi menjadi unsrur penting. Dengan memahami peran waktu dalam kehidupan kita dan bagaimana kita dapat mengelolanya, kita dapat menjadi penguasa waktu yang lebih efektif.
Pelukis terkenal di abad ke-17, Chou Yung, memiliki pengalaman yang mengubah cara dia memandang hidupnya. Suatu hari, dia pergi mengunjungi sebuah kota di seberang sungai dari tempat tinggalnya. Chou Yung membawa beberapa buku dan kertas penting, dan dia meminta seorang anak laki-laki untuk membantu membawanya. Ketika mereka mendekati sisi lain sungai dengan perahu, Chou Yung bertanya kepada tukang perahu apakah mereka bisa sampai ke kota sebelum gerbangnya ditutup. Karena malam telah menjelang. Si tukang perahu mengiyakan asal mereka harus berjalan cepat. Namun, ketika perjalanan dimulai, matahari mulai terbenam.
Ketakutan berada di luar kota pada malam hari dan menjadi target bandit membuat Chou dan anak itu berjalan lebih cepat, bahkan berlari. Tiba-tiba, tali yang mengikat kertas-kertas itu putus, dan dokumen-dokumen itu berserakan di tanah. Mereka butuh beberapa menit untuk mengumpulkan semuanya, dan saat mereka mencapai gerbang kota, sudah terlambat.
Pengalaman ini mengajarkan bahwa memaksakan langkah karena ketakutan dan ketidaksabaran menciptakan masalah baru. Kadang-kadang, orang yang terburu-buru mungkin sampai di tujuan lebih cepat, tetapi ada risiko lain dan bahaya baru muncul, lalu ia akhirnya terperangkap dalam persoalan yang berkepanjangan, memperbaiki masalah yang ia ciptakan sendiri.