Resensi Buku

Mengintimidasi Melalui Perilaku YANG Acak (1)

Manusia suka berpegang pada kebiasaan dan ingin melihat orang lain berperilaku dengan cara yang familiar. Mereka merasa nyaman ketika dapat memprediksi apa yang akan Anda lakukan. Namun, jika Anda sengaja melakukan hal-hal yang tidak terduga, seperti bertindak tanpa konsistensi atau tujuan yang jelas, mereka akan merasa tidak nyaman dan lelah mencoba memahami alasan di balik tindakan Anda. Jika Anda menerapkan strategi ini dengan cara yang ekstrem, bisa membuat mereka merasa terintimidasi dan takut. Demikian salah satu ide yang disampaikan Robert Greene melalui bukunya, 48 Laws of Power.

Dalam permainan catur memiliki beberapa komponen yang mendalam secara filosofis. Pertama, untuk bisa menang, Anda harus bersabar dan melihat ke depan dengan jeli. Kedua, permainan ini didasarkan pada pola-pola, yaitu rangkaian gerakan yang telah dimainkan sebelumnya dan akan terulang kembali dengan sedikit perubahan dalam satu pertandingan. Lawan Anda akan menganalisis pola yang Anda mainkan dan menggunakan informasi tersebut untuk mencoba menebak gerakan selanjutnya. Jika Anda dapat membuat gerakan Anda sulit diprediksi, hal ini akan memberi Anda keuntungan besar dalam menyusun strategi.

Catur, seperti halnya dalam kehidupan, ketika orang-orang tidak bisa mengerti apa yang Anda lakukan, mereka merasa takut dan bingung. Mereka menunggu dengan ketidakpastian. Dalam kehidupan yang melibatkan kekuasaan yang besar, seringkali mirip dengan permainan catur yang diliputi keseriusan dan sering kali diwarnai kesedihan. Kita harus mempersiapkan strategi, merencanakan langkah kita, dan menangkis rencana lawan. Namun terkadang, ada saat-saat di mana lebih baik mengambil risiko dan melakukan gerakan yang penuh perubahan dan tak terduga.

Pada musim semi tahun 1862, selama Perang Saudara Amerika, Jenderal Stonewall Jackson dan pasukan Konfederasi yang berjumlah 4.600 orang berhasil menghadapi pasukan Union yang lebih besar di Lembah Shenandoah. Pada saat yang sama, tidak jauh dari sana, Jenderal George Brinton McClellan memimpin 90.000 pasukan Union yang bergerak menuju selatan dari Washington, DC, dengan tujuan mengepung Richmond, Virginia, ibu kota Konfederasi. Selama berjalannya kampanye selama beberapa minggu, Jackson terus-menerus memimpin pasukannya keluar dari Lembah Shenandoah, kemudian kembali lagi. Gerakannya tampak tidak masuk akal. Apakah dia bersiap untuk membantu mempertahankan Richmond? Apakah dia sedang menuju Washington, karena ketidakhadiran McClellan membuat kota tersebut tak terlindungi? Ataukah dia berencana untuk mengadakan serangan di utara? Mengapa pasukannya terus bergerak secara tidak terduga? Gerakan Jackson yang sulit dipahami membuat para jenderal Union menunda langkah mereka di Richmond sambil menunggu untuk mengetahui apa yang sedang direncanakan olehnya. Sementara itu, pasukan Selatan mampu mengirim bala bantuan ke kota tersebut. Pertempuran yang pada awalnya bisa berpotensi menghancurkan Konfederasi berubah menjadi situasi buntu. Jackson menggunakan taktik seperti ini berulang kali ketika menghadapi pasukan yang lebih besar secara jumlah. Dia mengatakan, “Selalu menjadi pihak yang membingungkan, menyesatkan, dan mengejutkan musuh, jika memungkinkan. Dengan taktik seperti itu, kita dapat memenangkan pertempuran setiap saat, bahkan pasukan kecil dapat menghancurkan pasukan yang lebih besar.”

Prinsipnya adalah, jika kita ingin mengelabui orang dalam perang maupun dalam situasi sehari-hari, kita perlu menunjukkan perilaku yang tak terduga. Orang selalu berusaha mencari tahu alasan di balik tindakan kita dan menggunakan prediktabilitas kita untuk melawan kita. Namun, jika kita melakukan gerakan yang tidak bisa dijelaskan, kita membuat mereka bingung. Mereka terkesan dan dalam keadaan seperti itu, kita dapat dengan mudah mengintimidasi mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *