Ketiadaan akan Meningkatkan Kehormatan (1)
Dalam buku 48 laws of Power, Robert Greene menyatakan bahwa ketidakhadiran dapat memunculkan rasa hormat. Jika seseorang terlalu sering muncul atau terlalu terlihat di berbagai kesempatan atau dalam suatu kelompok, maka keunikannya atau keistimewaannya akan berkurang. Ketika seseorang menjadi terlalu umum, daya tarik dan nilai khususnya berkurang karena ia menjadi biasa.
Seseorang yang sudah memiliki posisi mapan atau reputasi yang baik dalam suatu kelompok, meninggalkan kelompok tersebut sementara waktu dapat menimbulkan keingintahuan dan pembicaraan tentang kepergiannya. Hal ini dapat menciptakan rasa kekaguman lebih besar di mata orang banyak. Penting untuk memiliki kepekaan terhadap situasi dan mengetahui kapan saatnya untuk menjauh atau meninggalkan suatu kelompok. Pergi pada waktu yang tepat dapat memberikan keuntungan dalam hal mendapatkan perhatian lebih dan mempertahankan nilai eksklusivitas. Untuk menciptakan nilai yang lebih tinggi, seseorang harus menciptakan kesan kelangkaan. Dengan menjaga diri agar tidak terlalu sering terlihat atau terdengar, seseorang dapat meningkatkan persepsi nilai dan menarik perhatian lebih banyak orang.
Terdapat sebuah legenda kuno dari negeri Tiongkok yang menggambarkan prinsip ini. Dalam kisah tersebut, T’ien Jao, yang merupakan seorang pelayan atau anak buah bangsawan Ai dari Lu, merasa tidak puas dengan posisinya yang tidak jelas. Ia mengungkapkan keinginannya untuk pergi meninggalkan tuannya tersebut dengan mengatakan, “Saya akan mengembara jauh seperti angsa salju.”
Ketika bangsawan Ai bertanya apa maksud perkataan T’ien Jao, T’ien Jao menggunakan ayam sebagai perbandingan. Ia menjelaskan bahwa ayam memiliki beberapa nilai kebajikan yang dimuliakan oleh manusia, seperti dipergunakan sebagai simbol kesopanan, kekuatan, keberanian, kebajikan, dan ketepatan waktu. Namun, meskipun memiliki kebajikan tersebut, ayam jantan dibunuh setiap hari untuk dimakan, karena ayam jantan adalah hewan yang umum dan mudah didapatkan. Di sisi lain, T’ien Jao menggambarkan angsa salju. Angsa salju merupakan burung langka yang dapat melakukan perjalanan jauh dan melintasi ribuan li (satuan jarak kuno). Ia mencuri makanan dan mematuk millet di kebun bangsawan Ai, namun meskipun tidak memiliki semua kebajikan yang dimiliki ayam, angsa salju tetap dihargai karena keunikannya dan sangat sulit untuk didapatkan.
Dalam perumpamaan yang ia sampaikan, T’ien Jao menyampaikan ketidakpuasannya sebagai anak buah yang merasa tidak dihargai. Ia ingin dihargai dan diakui layaknya burung langka seperti angsa salju, meskipun mungkin tidak memiliki semua kebajikan yang dimiliki oleh orang lain.
Saat ini, di dunia yang dipenuhi dengan hadirnya foto dan video yang melimpah, permainan penarikan diri menjadi semakin berpengaruh. Kita sering kali tidak tahu kapan harus mundur menarik diri, dan rasanya tidak ada hal yang bersifat pribadi. Oleh karena itu, kita akan terpikat oleh siapa pun yang mampu menghilang atas dasar pilihannya sendiri.
Prinsip pengendalian kehadiran merujuk pada konsep bahwa dengan membuat sesuatu menjadi jarang atau sulit diakses, nilainya akan meningkat. Ini seperti dalam konteks ekonomi, ketika sesuatu ditarik dari pasar atau dibuat menjadi langka, nilainya akan meningkat secara tiba-tiba. Ini juga dapat berlaku untuk berbagai hal, seperti barang-barang koleksi, seni langka, produk-produk terbatas, atau kehadiran Anda.