Special

Menyikapi Konsumerisme Berlatar Fanatisme pada Generasi Z

Generasi Z, generasi digital yang akrab dengan dunia maya dan informasi instan, memiliki cara pandang yang unik terhadap sosok idola. Di balik kekaguman dan dukungan yang mereka curahkan, terkadang tersembunyi fenomena konsumtif yang mengkhawatirkan. Fanatisme terhadap selebriti, idola, atau tokoh publik tertentu mendorong mereka untuk mengeluarkan uang dalam jumlah yang tidak sedikit demi mendapatkan barang-barang yang dipromosikan oleh idolanya, atau demi mendekati idolanya. Artikel ini akan mengupas fenomena tersebut.

Terkait fenomena di atas, teori Kebutuhan Maslow menjelaskan adanya hirarki kebutuhan manusia, mulai dari kebutuhan dasar (fisiologis) hingga kebutuhan aktualisasi diri. Perilaku konsumtif bisa dikaitkan dengan kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi seperti kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri, terutama dalam konteks mengejar status sosial dan identitas.

Teori yang lainnya, teori Impulsif membahas pembelian spontan yang dilakukan tanpa perencanaan dan didorong oleh keinginan sesaat. Perilaku konsumtif seringkali melibatkan pembelian impulsif, terutama pada usia remaja.

Kemudian ada pula Teori Brand Loyalty. Teori ini menjelaskan bagaimana konsumen mengembangkan kesetiaan terhadap merek tertentu. Fanatisme bisa dikaitkan dengan brand loyalty, di mana penggemar menunjukkan kesetiaan terhadap artis, grup musik, atau produk terkait sesuatu yang disukai.

Sebuah penelitian dilakukan oleh Pinta Ananda Putri, mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau, yang meneliti hubungan antara fanatisme dan perilaku konsumtif pada generasi Z yang menggemari Korean Wave di Pekanbaru. Penelitian ini menemukan hubungan positif dan signifikan antara kedua variabel. Semakin tinggi tingkat fanatisme mereka terhadap Korean Wave, semakin tinggi pula perilaku konsumtif mereka.

Menyikapi fenomena fanatisme dan perilaku konsumtif pada generasi Z dari sudut pandang pengelolaan keuangan pribadi, kita bisa memulainya dengan memperbaiki edukasi dan kesadaran keuangan mereka. Pendidikan keuangan yang komprehensif penting untuk generasi Z. Ini termasuk memahami konsep dasar keuangan seperti budgeting, menabung, investasi, dan manajemen utang. Mereka juga perlu memahami risiko dari perilaku konsumtif, termasuk utang, pengeluaran berlebihan, dan kerugian finansial. Kemudian mendorong nilai-nilai hemat dan bijak dalam pengeluaran kepada mereka sejak dini. Selain itu, bisa juga dengan mendorong generasi Z untuk menemukan alternatif hiburan yang lebih hemat dan bermanfaat, seperti membaca, olahraga, atau kegiatan seni.

Membangun kebiasaan keuangan yang baik merupakan langkah penting bagi generasi Z. Mereka perlu belajar membuat anggaran untuk mengelola pengeluaran mereka dan memastikan bahwa kebutuhan dasar terpenuhi. Menabung secara teratur, walaupun dalam jumlah kecil, dapat membantu mereka membangun tabungan untuk tujuan jangka pendek dan jangka panjang. Generasi Z juga perlu menghindari utang, karena utang merupakan jebakan finansial yang bisa merugikan mereka dalam jangka panjang. Membimbing mereka untuk menghindari penggunaan kartu kredit atau pinjaman online jika tidak diperlukan sangat penting.

Mengatur pengeluaran untuk hiburan merupakan aspek penting bagi generasi Z. Mereka perlu menentukan batas pengeluaran untuk hiburan, termasuk pembelian barang-barang terkait kegemaran terhadap sosok idola, dan disiplin mematuhinya. Mendorong generasi Z untuk memilih pembelian yang memiliki nilai guna dan tidak hanya bersifat impulsif sangat penting. Mencari alternatif yang lebih hemat untuk menikmati hiburan yang terkait sang idola, seperti streaming gratis, menonton drama di perpustakaan, atau bergabung dengan komunitas yang menawarkan aktivitas yang berhubungan dengan kegemaran tersebut secara gratis, juga dapat membantu mereka mengelola pengeluaran.

Orang tua dan pendidik memiliki peran penting dalam membimbing generasi Z dalam mengelola keuangan. Mereka perlu menjadi contoh yang baik dalam mengelola keuangan dan membangun kebiasaan hemat. Membangun komunikasi yang terbuka dengan generasi Z untuk membicarakan tentang pengeluaran, tujuan finansial, dan risiko perilaku konsumtif sangat penting. Orang tua dan pendidik juga perlu memberikan dukungan dan bimbingan kepada generasi Z dalam menghadapi tekanan teman sebaya dan keinginan untuk mengikuti tren.

Memahami fenomena fanatisme dan perilaku konsumtif pada generasi Z merupakan langkah awal dalam membangun kesadaran keuangan yang lebih baik. Pendidikan keuangan yang komprehensif, menanamkan nilai-nilai hemat dan bijak dalam pengeluaran sejak dini, dan beberapa cara lain di atas perlu dilakukan demi membangun kebiasaan keuangan yang sehat dan bertanggung jawab. Dengan demikian, generasi Z dapat menikmati hiburan dan dukungan terhadap idolanya tanpa terjebak dalam perilaku konsumtif yang merugikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *