Hindari Pemberian Gratis dalam Kekuasaan 2
Ada beberapa jenis manusia yang bisa kita temui, dalam konteks pemanfaatan kekayaan dan kekuasaan, dan mereka bisa diidentifikasi berdasarkan karakteristiknya yang khas. Mengenali mereka penting untuk menghindari dampak negatif atau bahkan mengubah situasi yang kurang menguntungkan menjadi keuntungan bagi kita.
Penimbun Kekayaan. Mereka ini seperti hewan serakah yang hanya peduli pada uang. Mereka kejam dan tidak punya belas kasihan, melihat hidup hanya sebagai permainan matematika. Bagi mereka, orang lain hanya berperan sebagai alat untuk mencapai kekayaan, dan mereka tidak ragu merugikan perasaan orang atau mendepak sekutu yang penting. Orang-orang ini sangat sulit bekerja sama, dan akhirnya, mereka cenderung terisolasi karena sifat mereka yang merugikan. Hindarilah mereka sebelum mereka mengeksploitasi kita atau kita memanfaatkan keserakahan mereka.
Penawar yang Selalu Mencari Diskon. Mereka yang memiliki kecenderungan untuk menilai segala sesuatu berdasarkan biaya, termasuk waktu, harga diri, dan ketenangan pikiran. Mereka tidak pernah puas dengan harga yang mereka bayar dan selalu mencari diskon, bahkan jika itu mengorbankan kualitas. Ini bisa membuat mereka membuang-buang waktu dan kadang-kadang mengalami kerugian finansial atau kerugian lainnya dalam jangka panjang. Meskipun mungkin tampak tidak masuk akal, jangan terlalu mendebat atau mencoba mengubah pandangan mereka.
Si Sadis yang Kaya. Orang-orang ini menggunakan keuangan sebagai alat untuk menunjukkan kekuatan mereka. Orang-orang seperti ini sengaja membuat kita menunggu pembayaran atau suka campur tangan secara berlebihan dalam pekerjaan yang mereka berikan kepada kita. Mereka merasa bahwa membayar memberi mereka hak untuk memperlakukan orang dengan cara yang tidak menyenangkan. Terlibat dengan mereka bisa menjadi permainan kekuasaan yang merugikan, dan terkadang lebih baik menerima kerugian finansial daripada terjerat dalam dinamika yang destruktif.
Pemberi yang Kelewatan. Kedermawanan memiliki fungsi penting, tetapi pemberian harus dilakukan secara bijak dan dengan tujuan yang jelas. Pemberi yang kelewatan memberi tanpa pertimbangan, hanya karena mereka ingin dicintai dan dihormati oleh semua orang. Kebaikan hati mereka bisa menjadi beban, dan kita mungkin merasa terjebak dalam kebutuhan emosional mereka yang tidak terpuaskan. Sebaiknya berhati-hati dalam berurusan dengan mereka agar tidak terlalu terbebani.
Louis XIV memiliki keahlian khusus dalam menggunakan kekuatan uang secara strategis. Saat dia menjadi raja, beberapa bangsawan yang kuat menjadi masalah bagi pemerintahan, memicu pemberontakan.
Louis mengatasi hal ini dengan membuat bangsawan-bangsawan tersebut menghabiskan banyak uang untuk mempertahankan posisi mereka di kerajaan. Dengan cara ini, mereka menjadi tergantung pada dukungan keuangan kerajaan, sehingga Louis memiliki kendali atas mereka.
Selain itu, Louis menggunakan kekayaannya untuk meredakan konflik dengan bangsawan yang keras kepala atau yang harus ia bungkam. Pertama, dia akan mengabaikan mereka, membuat mereka cemas. Kemudian, tiba-tiba mereka mendapati putra mereka telah mendapat posisi yang baik, dana digelontorkan di daerah asal mereka, atau mereka mendapatkan lukisan yang diidamkan. Louis memberikan hadiah-hadiah ini untuk melunakkan sikap mereka. Akhirnya, setelah beberapa waktu, Louis sudah bisa meminta bantuan dari mereka yang sebelumnya memberontak. Mereka yang tadinya bersumpah untuk melawan raja, kini kehilangan keinginan untuk melawan karena telah diberikan suap. Louis menggunakan strategi ini seperti menggemburkan tanah sebelum menanam benih.
Bisa kita tafsirkan, Louis menyadari bahwa emosi yang terkait dengan uang memiliki akar yang dalam terhadap sikap manusia, yang kembali ke masa kanak-kanak. Seperti saat anak-anak, hadiah dianggap sebagai ekspresi cinta dan persetujuan. Louis memanfaatkan elemen emosional ini dengan memberikan hadiah-hadiah yang tiba-tiba kepada orang-orang tertentu, baik berupa uang atau hal lainnya. Penerima hadiah menjadi melunak seperti anak-anak dan lebih mungkin membuka diri serta mengikuti keinginan si pemberi. Keberhasilan strategi ini terletak pada kejutan pemberian hadiah. Jika diberikan terlalu sering, efeknya akan berkurang, dan penerima dapat menganggapnya sebagai bentuk amal yang kurang dihargai. Hadiah yang diberikan secara tiba-tiba dan tidak terduga akan lebih efektif dalam mempertahankan kendali dan pengaruh.