Menjadi Teman Sekaligus Mata-Mata (1)
Salah satu prinsip dalam buku 48 Laws of Power menyatakan bahwa penting untuk mengetahui berbagai hal tentang pihak yang sedang bersaing dengan Anda. Gunakan orang lain untuk mengumpulkan informasi yang bisa memberikan keuntungan. Lebih baik lagi bila Anda sendiri juga menjadi mata-mata. Ketika Anda bertemu banyak orang di acara publik, pelajari mereka dengan cara yang sopan. Tanyakan pertanyaan yang tidak langsung untuk mencari tahu kelemahan dan maksud mereka. Kesempatan apapun bisa digunakan untuk menerapkan seni melakukan penyelidikan.
Joseph Duveen adalah seorang pedagang karya seni terkenal pada zamannya dari tahun 1904 hingga 1940. Dia hampir sepenuhnya menguasai pasar seni yang dibeli oleh para jutawan Amerika. Namun, ada satu pencapaian yang sulit ia raih, yaitu kepercayaan dari seorang industrialis bernama Andrew Mellon. Sebelum meninggal, Duveen bertekad untuk membuat Mellon menjadi kliennya. Teman-temannya meragukan ini karena Mellon dikenal sebagai pria yang kaku dan pendiam. Namun, Duveen yakin bahwa Mellon akan menjadi pelanggannya. Selama beberapa tahun, Duveen melakukan riset untuk mempelajari kebiasaan, selera, dan ketakutan Mellon. Dia bahkan diam-diam memasukkan beberapa orang sebagai staf Mellon dan memperoleh informasi berharga dari mereka. Pada akhirnya, Duveen mengenal Mellon dengan sangat baik; tidak kalah bila dibandingkan dengan istri Mellon sendiri.
Pada tahun 1921, Andrew Mellon mengunjungi London dan menginap di suite mewah di lantai tiga Claridge’s Hotel. Joseph Duveen memesan suite di lantai dua yang tepat di bawah Mellon. Duveen telah mengatur agar pelayannya berteman dengan pelayan Mellon. Pada suatu hari, ketika Mellon berjalan menuju lift, pelayan Mellon memberitahu pelayan Duveen bahwa Mellon baru saja dibantu mengenakan mantelnya. Pelayan Duveen segera memberitahu berita itu kepada Duveen. Ketika Duveen memasuki lift, ia bertemu dengan Mellon. Duveen memperkenalkan dirinya dan mengajak Mellon untuk pergi ke Galeri Nasional. Di sana, Duveen menunjukkan pengetahuannya tentang seni dan Mellon sangat terkesan. Mereka memiliki selera seni yang mirip dan Mellon terkejut dengan kepribadian Duveen yang menawan dan menyenangkan, berbeda dengan kabar yang pernah didengarnya. Setelah kembali ke New York, Mellon mengunjungi galeri seni Duveen dan jatuh cinta pada koleksinya. Dia menjadi klien setia Duveen dan membeli banyak karya seni darinya selama sisa hidupnya.
Joseph Duveen adalah seorang pria yang ambisius dan kompetitif. Ia tidak mau melewatkan kesempatan dan hanya berharap bisa mendapatkan klien dengan berdoa saja. Baginya, penting untuk memiliki pengetahuan dan tujuan yang jelas dalam meningkatkan bisnisnya. Mellon adalah pelanggan terbesar yang berhasil diraih Duveen, tetapi dia tidak hanya memikat Mellon saja, tapi juga banyak jutawan lainnya dengan cara diam-diam mengumpulkan informasi berharga dari anggota staf rumah tangga kliennya. Hal ini memberi Duveen keunggulan untuk selangkah lebih maju dalam memperoleh kepercayaan dan memahami selera kliennya. Para pesaing Duveen melihat bahwa dia selalu muncul di saat yang tepat, seakan-akan ia memiliki indra keenam. Selain itu, Duveen terkenal sebagai dealer yang tahu segalanya sebelum orang lain, membuat para pesaing putus asa dan menyerah dalam mengejar pelanggan kaya dan ,mendapatkan kepercayaan mereka.