Saatnya Berinvestasi pada Manusia
Selama Resesi 2008, perusahaan menerapkan strategi mempertahankan sebagian karyawan terampil yang mereka miliki. Dan setelah itu, hanya sedikit perusahaan yang memiliki rencana retensi bagi karyawannya. Jika kita maju ke masa kini, di tengah pandemi global, puluhan juta orang kehilangan pekerjaan, dan sebagian besar perusahaan berjuang untuk bertahan hidup.
COVID-19 Mengubah pola Pekerjaan Secara Luas
Bagi banyak perusahaan, untuk menghadapi masalah ini adalah menarik investasi pada karyawan. Tetapi keputusan jangka pendek ini dapat memiliki dampak finansial negatif jangka panjang dalam bentuk tingginya perputaran SDM.
Mengingat banyaknya karyawan yang diberhentikan sejak merebaknya pandemi, karyawan yang tersisa mengisi berbagai peran penting bagi kelangsungan perusahaan. Perusahaan ingin beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah, meningkatkan proses kerja jarak jauh, dan mempertahankan produktivitas dengan tim yang tersebar.
Akibatnya, terjadi lebih banyak tekanan dari sebelumnya pada karyawan yang tersisa untuk berproduksi dan membantu perusahaan mereka agar tetap sukses. Pertanyaannya adalah: Apakah mereka sudah dipersiapkan untuk mengatasi tuntutan tenaga kerja seperti itu?
The McKinsey Global Institute melaporkan bahwa sekitar 375 juta pekerja (14% dari angkatan kerja dunia) perlu beralih ke pekerjaan baru atau memperoleh keterampilan baru pada tahun 2030 karena efek otomatisasi dan kecerdasan buatan. Baru-baru ini, data McKinsey menunjukkan bahwa 87% perusahaan melaporkan adanyya kesenjangan keterampilan atau memperkirakan terjadinya kesenjangan itu di tahun-tahun mendatang. Masalahnya, sebagian besar perusahaan tidak memiliki rencana untuk masa depan atau bahkan untuk krisis saat ini, yang mengharuskan banyak perusahaan membuat model bisnis dan proses kerja baru untuk bertahan.
Berinvestasi dalam Pengembangan Karyawan untuk Sukses di Masa Depan
Perusahaan harus berinvestasi dalam pertumbuhan karyawannya dengan menyediakan pengembangan profesional terukur yang membantu setiap karyawan mencapai potensinya. Kebanyakan perusahaan tidak dapat melakukan ini sendiri atau dengan satu program untuk semua.
Membantu Karyawan tumbuh dalam pekerjaannya dan menjalankan peran baru adalah usaha yang unik dan membutuhkan pelatihan. Mempersiapkan Karyawan untuk menguasai keterampilan yang dibutuhkan untuk masa depan pekerjaan juga akan membutuhkan pembinaan pribadi untuk memandu pertumbuhan karier.
Ketika Karyawan merasa didukung dan dilatih untuk berhasil, ia kemungkinan besar akan dengan semangat memecahkan masalah perusahaan dan secara lebih efektif meningkatkan hasilperusahaan. Ketika Karyawan dipandu mendapat keterampilan baru dan jalur karier yang bermanfaat, ia akan membuat dampak yang dia impikan saat bergabung dengan perusahaan, mendorong loyalitas.
Pelatihan Personal Dapat Membantu
Biasanya, pembinaan personal hanya disediakan untuk manajemen tingkat atas. Namun, orang-orang yang berada di garis depan, memecahkan masalah bisnis sehari-hari, dan mereka yang bertanggung jawab atas kelangsungan bisnis juga membutuhkan platform yang memungkinkan mereka mendapat pengembangan keahlian.
Karyawan membutuhkan panduan yang dipersonalisasi untuk membantu mereka menghindari rintangan dan menemukan jalan paling singkat untuk membuka potensi mereka. Perusahaan yang berpikiran maju tahu bahwa hasil yang diraih perusahaan bergantung pada dukungan pengembangan karier dan pelatihan keterampilan.
Karena produktivitas bergantung pada keterampilan karyawan, perusahaan berkinerja tinggi tahu bahwa berinvestasi pada karyawan mendorong hasil yang lebih baik. Manfaat tambahannya adalah pertumbuhan individu dan kepuasan kerja.
Perusahaan harus berhati-hati untuk tidak mengulangi kesalahan saat resesi 2008. Berinvestasi dalam pengembangan profesional dengan pembinaan yang dipersonalisasi — bagi semua karyawan — sangat penting untuk menjaga retensi dan pertumbuhan bisnis.