EA Sport: Dari Puncak Kejayaan Hingga Kemunduran
EA Sports, divisi dari Electronic Arts yang terkenal dengan game olahraga, memiliki sejarah yang menarik. Meskipun nama EA Sports muncul pada tahun 1991, akarnya tertanam pada Electronic Arts, sebuah perusahaan yang didirikan oleh William M. ‘Trip’ Hawkins III pada tahun 1982.
Hawkins, mantan karyawan Apple, memiliki visi untuk menciptakan perusahaan yang akan mempromosikan para pengembang game sebagai “seniman perangkat lunak.” Electronic Arts awalnya berfokus pada game untuk komputer pribadi dan menggunakan model bisnis yang melibatkan kerja sama dengan pengembang eksternal.
Pada tahun 1991, Electronic Arts meluncurkan “EA Sports Network” sebagai strategi pemasaran, meniru jaringan olahraga di kehidupan nyata. EA Sports awalnya lebih merupakan strategi pemasaran daripada divisi yang berdiri sendiri. Namun, kesuksesan game olahraga seperti EA Sports FC, PGA Tour, NHL, NBA Live, dan Madden NFL menyebabkan EA Sports berkembang menjadi label sub yang kuat.
EA Sports kemudian menjadi pemimpin dalam industri game olahraga, dikenal dengan game-game yang realistis dan inovatif. Mereka membangun reputasi dengan menandatangani kesepakatan eksklusif dengan liga olahraga utama, seperti NFL dan NASCAR.
Pada puncak kejayaannya, EA Sport menghasilkan pendapatan yang sangat besar, dengan total pendapatan sebesar US$4,02 miliar pada tahun 2008. Perusahaan ini juga menjadi salah satu perusahaan game olahraga terbesar dan terkemuka di dunia.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, EA Sport telah mengalami kemunduran. Salah satu penyebab kemunduran ini adalah karena EA Sport melakukan banyak akuisisi perusahaan gaming, tetapi kemudian tidak mampu mengelolanya dengan baik. Beberapa contoh akuisisi yang gagal adalah Bioware dan Visceral Games.
Selain BioWare dan Visceral Games, terdapat beberapa contoh lain yang menunjukkan kegagalan EA dalam mengelola perusahaan-perusahaan yang mereka akuisisi. Namun sebelumnya, BioWare adalah contoh yang paling menonjol. Studio yang terkenal dengan game-game RPG seperti Mass Effect dan Dragon Age, mengalami penurunan kualitas game setelah diakuisisi oleh EA. Anthem, game terbaru mereka yang dirilis pada tahun 2019, mendapat sambutan buruk dari para kritikus dan pemain. Banyak yang menyalahkan EA karena terlalu fokus pada aspek microtransaction dan live service dalam game, yang mengorbankan kualitas inti dari game itu sendiri.
Visceral Games adalah studio yang bertanggung jawab atas seri Dead Space. EA menutup studio ini pada tahun 2017 setelah proyek Star Wars mereka, yang awalnya direncanakan sebagai game single-player, diubah menjadi game live service. Penutupan ini menunjukkan kurangnya kepercayaan EA terhadap studio internal mereka dan kecenderungan mereka untuk mengejar tren pasar tanpa memperhatikan kualitas.
Criterion Games adalah studio yang dikenal dengan seri Burnout. Mereka juga mengembangkan Need for Speed: Most Wanted dan Need for Speed: Hot Pursuit. Namun, setelah diakuisisi oleh EA, mereka kehilangan otonomi kreatif dan sering kali dipaksa untuk mengembangkan game-game yang tidak sesuai dengan keahlian mereka. Contohnya adalah Need for Speed: Payback, yang mendapat sambutan buruk dari para kritikus dan pemain.
Maxis adalah studio yang terkenal dengan game-game The Sims dan SimCity. EA telah melakukan banyak perubahan pada kedua franchise ini, yang menyebabkan kekecewaan di antara para penggemar. The Sims 4 mendapat kritik karena konten yang dibayar dan kurangnya fitur yang ada di game-game sebelumnya. SimCity 2013 juga mendapat kritik karena gameplay yang terbatas dan ketergantungan pada koneksi internet.
EA Sport telah mengalami kemunduran dalam beberapa tahun terakhir karena kesalahan manajemen dan strategi penjualan dalam game yang tidak adil. Meskipun perusahaan ini telah mencoba untuk memperbaiki kesalahan mereka, masih belum jelas apakah mereka akan dapat memulihkan kepercayaan komunitas gamer.