Apakah Sifat Tangguh Merupakan Sifat Bawaan, atau Dapatkah Dibentuk?
Ketangguhan diri menjadi topik yang sangat diminati oleh banyak organisasi. Ketika krisis melanda dunia, tanggapan para karyawan menghadapi situasi sulit sangat bervariasi. Beberapa menghadapi tantangan demi tantangan dengan energi dan tekad, sementara yang lain hampir tenggelam dalam kondisi stres. Keunggulan memiliki karyawan tangguh yang dapat mengatasi, pulih, dan tumbuh sebagai respons dari pengalaman pahit — terlihat sangat jelas.
Hasil riset menemukan bahwa karyawan yang sangat tangguh jauh lebih mungkin untuk dilibatkan dan bersedia secara konsisten memberikan upaya terbaik mereka di tempat kerja dan menjalani perubahan.
Beberapa peneliti berteori bahwa ketahanan adalah sifat bawaan. Mereka menyarankan untuk mencari karyawan dengan sifat-sifat tersebut. Tetapi penelitian lain berpandangan bahwa ketahanan sebagai hasil dari proses yang menggabungkan sifat, sikap, dan perilaku individu bersama dengan faktor lingkungan.
Mencari kandidat dengan sifat tangguh bukanlah cara yang buruk untuk memulai. Organisasi akan lebih tangguh ketika karyawannya menunjukkan ketahanan secara individu. Namun, jika ketahanan dapat ditempa, itu berarti ketahanan individu dapat diperkuat atau diperlemah oleh lingkungan kerjanya.
Strategi yang Mendukung Ketangguhan Karyawan
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menciptakan lingkungan kerja yang memperkuat ketangguhan para karyawan antara lain:
- Mencontohkan dan mendukung sikap positif. Sikap positif meningkatkan ketangguhan dengan mengarahkan staf untuk memandang kesulitan sebagai masalah yang dapat dipecahkan. Staf dengan sikap positif mengharapkan dan mendapatkan hasil yang positif lebih sering daripada mereka yang bersikap negatif, karena kepositifan memberi manusia potensi pemikiran dan perilaku yang lebih luas. Pemimpin harus menempatkan tantangan sebagai peluang dan secara jelas dan teratur mengkomunikasikan strategi organisasi untuk mengatasi krisis apa pun menuju masa depan yang lebih cerah.
- Kembangkan kepercayaan diri. Kesulitan dapat merusak kepercayaan diri, yang berdampak negatif pada kemampuan staf untuk bekerja dan belajar. Pemimpin dapat membangun kepercayaan diri dengan memberi mereka kepercayaan bahwa mereka dapat beradaptasi dengan dunia yang berubah, serta dengan mengingatkan mereka tentang pencapaian mereka.
- Bangun kepercayaan. Kepercayaan membuat staf cenderung untuk berbicara, berbagi informasi, dan memunculkan inovasi. Untuk itu, pemimpin harus jujur, dapat diandalkan, dan harus berusaha menghindari kesalahan komunikasi yang merusak hubungan. Janganlah mengutuk staf. Akui kesalahan. Dengarkan dan hormati pendapat orang lain, serta cobalah dengan jujur untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
- Beri staf sumber daya yang mereka butuhkan. Jika sumber daya terbatas, pertimbangkan untuk menetapkan prioritas dengan jelas. Ketika sumber daya berwujud tambahan tidak mungkin dilakukan, pikirkan untuk menyediakan sumber daya tidak berwujud seperti pemberdayaan dan otonomi, yang dapat memunculkan kreativitas staf untuk menemukan cara baru yang lebih efisien.
- Satukan staf dengan tujuan bersama. Setiap organisasi ada karena suatu alasan. Misal, membuat hidup pelanggan lebih baik. Tunjukkan kepada staf bagaimana pekerjaan mereka cocok untuk mewujudkan tujuan organisasi. Staf jadi lebih tangguh ketika mereka merasa memiliki peran dalam mencapai tujuan yang lebih besar.
Jika para pemimpin menginginkan organisasi yang lebih tangguh dan semua manfaat yang menyertainya, mempekerjakan staf dengan karakteristik tangguh tidaklah cukup. Mereka perlu menerima tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukungnya.