Kompetensi SDM

design thinking 3 – Tahapan Design Thinking dalam Praktik

Kita telah membahas apa itu design thinking dan prinsip-prinsip utama yang membentuknya. Sekarang mari kita melihat seperti apa metodologi design thinking dalam tindakan, dimulai dengan lima langkah kunci dalam proses design thinking.

Terdapat lima langkah kunci pada kerangka kerja design thinking. Kerangka kerja ini selanjutnya dapat membentuk proses design thinking:

  • Berempati
  • Membangun pengertian
  • Mengumpulkan gagasan/ideasi
  • Membuat Prototipe
  • Uji Coba

Meskipun langkah-langkah ini seolah berurutan, penting untuk diperhatikan bahwa design thinking tidak mengikuti proses yang benar-benar linier. Pada setiap tahap dalam proses tersebut, Anda cenderung membuat penemuan baru yang mengharuskan Anda untuk kembali dan mengulangi langkah sebelumnya.

Langkah 1. Berempati

Pada tahap ini Anda akan terlibat dengan target audien dalam bentuk melakukan pengamatan terhadap mereka. Tujuan dari langkah ini adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang siapa yang menjadi pengguna akhir, tantangan apa yang mereka hadapi, dan kebutuhan serta harapan apa yang harus dipenuhi. Untuk membangun empati terhadap pengguna, Anda perlu melakukan survei, wawancara, dan sesi observasi.

Misalnya: Anda ingin mengatasi masalah kepuasan karyawan yang rendah, jadi Anda meminta setiap karyawan untuk mengisi survei anonim. Anda kemudian mengadakan wawancara pengguna dengan sebanyak mungkin karyawan untuk mengetahui tentang apa yang dibutuhkan karyawan agar merasa lebih bahagia saat berada di lingkungan perusahaan.

Langkah 2. Menentukan Masalah

Berdasarkan apa yang telah Anda pelajari dalam fase berempati, langkah selanjutnya adalah menentukan pernyataan masalah yang jelas. Tahapan ini krusial karena pernyataan masalah menetapkan hal khusus yang perlu ditangani. Ini akan memandu seluruh proses desain mulai saat ini, memberi Anda tujuan tetap untuk fokus dan membantu mengingat pengguna setiap saat. Saat menyusun pernyataan masalah, Anda akan fokus pada kebutuhan pengguna daripada kebutuhan bisnis. Pernyataan masalah yang baik berpusat pada manusia, cukup luas untuk kreativitas, namun cukup spesifik untuk memberikan panduan dan arahan.

Misalnya: “Karyawan harus dapat mempertahankan gaya hidup sehat dan menyenangkan saat bekerja di kantor” jauh lebih berpusat pada pengguna daripada “Perusahaan perlu menjaga karyawan tetap sehat dan bahagia untuk meningkatkan kepuasan mereka.”

Langkah 3. Pengumpulan Ide atau Ideasi

Setelah memiliki rumusan masalah yang jelas, Anda sekarang berusaha untuk mencari sebanyak mungkin ide dan solusi potensial. Pada fase ideasi ini, Anda harus berpikir out of the box dan menjelajahi sudut pandang baru. Dengan berfokus pada kuantitas ide daripada kualitas, Anda cenderung membebaskan pikiran dan menggali inovasi sebanyak mungkin. Saat sesi ideasi ini, Anda bisa menggunakan berbagai teknik ideasi yang berbeda. Beberapa cara yang bisa ditempuh seperti brain storming, pemikiran terbalik, bahkan bisa saja hingga menginventarisir ide-ide terjelek atau terunik yang terlintas di benak.

Misalnya: Berdasarkan apa yang telah Anda pelajari dalam fase berempati, Anda mengadakan beberapa sesi ideasi dengan berbagai pemangku kepentingan yang berbeda. Dengan pernyataan masalah yang sudah di rangkum, Anda mencari ide sebanyak mungkin tentang bagaimana Anda dapat membuat karyawan lebih bahagia dan dengan demikian lebih mungkin untuk merasakan kepuasan saat berada di perusahaan. 

Demikianlah 3 langkah aplikatif pertama yang merupakan bagian dari proses design thinking. Langkah berikutnya dan beberapa contoh aplikasi design thinking akan kami jabarkan dalam postingan berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *