Kompetensi SDM

design thinking 4 – Penerapan Design Thingking dalam Skala Organisasi dan Pribadi

Pada postingan sebelumnya, kita telah membahas tahapan design thinking mulai dari melakukan empati, menentukan inti permasalahan, dan menggali gagasan. Pada tulisan ini kita lanjutkan pada proses berikutnya.

Langkah 4. Prototipe

Setelah mempersempit ide menjadi beberapa pilihan, Anda sekarang akan mengubahnya menjadi prototipe — atau versi “miniatur” dari produk atau konsep yang ingin Anda uji. Proses ini diperlukan karena dengan prototipe akan memberi Anda gambaran nyata yang dapat diuji pada pengguna yang sesungguhnya. Hal ini penting, juga demi mempertahankan pendekatan yang berpusat pada pengguna.

Cara yang digunakan bergantung pada apa yang akan Anda uji coba. Prototipe dapat memiliki berbagai bentuk — dari model kertas biasa hingga prototipe digital interaktif. Saat membuat prototipe, pertimbangkan tujuan yang jelas; tahu persis apa yang diwakili oleh prototipe itu dan pastikan unsur-unsur yang akan diuji coba sudah sesuai dengan konsep Anda. Dan untuk keperluan itulah mengapa prototipe harus diuji.

Misalnya: Selama fase ideasi, salah satu ide yang muncul adalah mengadakan kompetisi tenis meja antar staf. Untuk membuat prototipe ide ini, Anda menyiapkan ruang khusus di kantor, dengan peralatan pendukungnya.

Langkah 5. Uji Coba

Langkah kelima dalam proses design thinking adalah menguji prototipe Anda pada pengguna yang sesungguhnya atau perwakilannya. Fase pengujian memungkinkan untuk melihat bilamana prototipe itu bekerja dengan baik dan mendeteksi detail mana yang perlu ditingkatkan. Berdasarkan umpan balik pengguna, Anda dapat membuat perubahan dan peningkatan sebelum menghabiskan waktu dan uang untuk mengembangkan dan / atau menerapkan solusi tersebut.

Sesi pengujian pengguna ini dilakukan dengan cara mengamati pengguna target Anda saat mereka berinteraksi dengan prototipe itu. Anda juga dapat mengumpulkan umpan balik verbal. Dengan semua yang Anda pelajari dari tahap pengujian, Anda bisa membuat perubahan pada desain atau menghasilkan ide baru yang jauh berbeda dari gagasan awal.

Misalnya: Anda memutuskan untuk menguji ide kompetisi tenis meja pada satu departemen untuk melihat bagaimana tanggapan karyawan. Anda menilai bahwa para staf menikmati kompetisi itu, tetapi terhalang oleh fakta bahwa kegiatan itu berlangsung di tengah hari, alokasi waktunya masih kurang panjang, dan tidak ada tempat untuk mandi. Berdasarkan umpan balik ini, akhirnya diputuskan untuk memindahkan kompetisi tenis meja di malam hari.

Menerapkan kerangka design thinking untuk keperluan diri sendiri

Anda tidak perlu menjadi seorang manajer atau eksekutif untuk menerapkan design thinking pada pekerjaan Anda. Anda boleh jadi memilih untuk fokus hanya pada satu aspek dari proses design thinking. Seperti berusaha berempati mengenal pelanggan dengan lebih baik. Anda bisa melakukan wawancara dengan pelanggan untuk mencari tahu faktor apa yang dirasa kurang oleh para pelanggan tersebut.

Anda boleh jadi ingin fokus pada sifat kolaboratif dari proses design thinking, dalam hal ini Anda mungkin sedang mengadakan sesi pengumpulan ide dengan perwakilan dari berbagai tim. Jika Anda perhatikan bahwa tim pemasaran dan tim desain terus-menerus bersaing hingga pada suatu titik yang memunculkan posisi saling berhadapan, misalnya. Beberapa sesi saling memberikan gagasan seperti dalam proses design thinking bisa membantu untuk membuat semua staf merasa berada pada posisi yang beriringan.

Jika ingin segera mulai menggabungkan design thinking dalam pekerjaan, panduan praktis di atas bisa mulai dicoba bersama tim Anda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *