Kepemimpinan Lintas Budaya (1)
Pernahkah Anda terinspirasi oleh isi pembicaraan seseorang melalui suatu konten, yang entah itu berupa video, podcast, atau buku,, lalu Anda mencoba mempraktekkannya dalam kehidupan profesional Anda?
Konsep Umum Kepemimpinan
Melanjutkan pertanyaan sebelumnya, apakah Anda merasa memperlakukan sekelompok teman sebaya, kolega, atau siapapun itu sebagai orang yang layak ditiru, bahkan mungkin bisa juga dianggap sebagai guru, profesor, atau mentor? Atau justru Anda yang menjadi sumber inspirasi itu?
Jika mungkin YA, maka Anda secara alami adalah pemimpin yang baik. Tetapi seorang pemimpin yang telah berhasil memimpin sekelompok kecil orang tidak serta merta memiliki kualitas kepemimpinan dan pembinaan yang dibutuhkan saat memimpin daerah atau sekumpulan orang yang sama sekali baru – dalam hal ini bahkan bisa disebut daerah atau sekelompok orang asing. Secara formal, pemimpin seperti itu masih belum terlatih menghadapi situasi tersebut.
Di sinilah kemampuan berbicara pemimpin ditingkatkan agar mampu memasuki zona yang baru dan tetap bisa melakukan pemmbimbingan. Kepemimpinan tidak hanya terbatas mengantar orang mengembangkan keterampilannya dan memberi asupan nilai-nilai yang baik. Bagian yang menantang adalah ketika Anda tidak hanya fokus pada sekelompok orang atau kelompok tertentu saja. Begitu Anda mulai mengetahui bahwa Anda dapat menginspirasi sekelompok kecil orang, keluarlah dari zona itu dan lihatlah bahwa jutaan orang membutuhkan kepemimpinan dan bimbingan Anda. Konsep kepemimpinan bukanlah sebuah titik yang dipersempit. Visi konsep kepemimpinan yang luas mengenai seorang pemimpin yang tidak memihak tidak bisa dibatasi pada sekumpulan orang dengan jumlah tertentu.
Tengoklah beberapa pemimpin terkenal seperti Ir. Soekarno, Nelson Mandela, Mahatma Gandhi, dan banyak lagi. Mereka begitu mengesankan dan merebut hati serta pikiran orang dari berbagai belahan dunia dengan gesture-gesture manipulatif yang mereka tunjukkan dan itu memberi manfaat bagi mereka.
Saat ini, generasi muda tidak cuma mengharapkan seorang guru yang hanya bisa mengajar studi berorientasi akademis. Mereka mengharapkan guru yang bisa membimbing dengan cara yang bersahabat yang dapat dengan mudah membentuk sikap. Sedangkan penanaman kemampuan akademik menempati urutan berikutnya dalam pemikiran anak muda.
Barusan adalah suatu ilustrasi sederhana untuk memahami pola hubungan guru(pemimpin) dan siswa(yang dipimpin). Bila dalam bentuk perspektif organisasi, pembelajaran harus didekati dan diperoleh karyawan dari seorang mentor (pemimpin) serbaguna yang mampu membentuk karir dan membimbing bawahannya ketika menelusuri jenjang karir profesionalnya. Sebaliknya, karyawan juga mencari pemimpin yang bisa berempati dan suportif yang dapat memahami momen-momen perjuangan mereka dalam karirnya ketika tumbuh dalam kehidupan. Begitulah bagaimana pemimpin harus selaras dengan apa yang diharapkan oleh bawahannya ketika berusaha memecahkan masalah.
Tidaklah mudah bagi seorang pemimpin untuk mengetahui kesamaan pola pikir kelompok-kelompok yang memiliki perbedaan bahasa, latar belakang, etika yang mereka ikuti, gaya hidup yang mereka jalani, dsb. Karena ia mungkin akan terbentur pada tembok stereotip yang membuatnya gagal saat memahami ide-ide orang dari latar belakang yang beragam. Tetapi ini dapat diatasi dengan cara mengumpulkan ide-ide, pandangan, dan mendengarkan berbagai orang dari lingkungan yang berbeda. Di sinilah terdapat satu dari sejuta kemungkinan seorang pemimpin yang dibesarkan dengan memiliki kualitas semacam itu secara inheren. Jika tidak secara inheren, ini hanya dimungkinkan apabila seseorang telah terbiasa menghadapi fenomena seperti ini dalam hidup kesehariannya sejak awal.
bersambung