Adakah Nilai dan Manfaat dari Motivasi Negatif di Dunia Kerja?
Siapapun – bahkan apapun – baik itu anak-anak, hewan peliharaan, murid di sekolah hingga mahasiswa, atau karyawan, kebanyakan orang sudah mengenal dua macam metode dasar motivasi: positif dan negatif. Seseorang dapat memberikan pujian terhadap perilaku yang diinginkan atau sebaliknya, memberi hukuman terhadap perilaku yang tidak diinginkan.
Tingkat penggunaan dua jenis motivasi tersebut dalam organisasi secara relatif mengalami fluktuasi selama bertahun-tahun.
Sebagian besar generasi dari beberapa dekade yang lalu cukup akrab dengan stereotip sosok pimpinan yang sering marah dan berteriak,
tetapi tren di lingkungan kerja modern jauh lebih menyukai motivasi positif.
Penellitian menunjukkan bahwa ketika seorang sosok pimpinan memberikan perintah atau motivasi melalui teriakan akan Bisa Membuahkan Hasil. Namun itu dalam bidang Olahraga
Kenyataannya, bahkan hingga hari ini, bagaimanapun juga masih ada pihak-pihak yang meyakini adanya manfaat yang besar dalam komunikasi berbentuk teriakan.
Memang tampaknya dengan meneriaki bawahan dapat memberikan hasil yang sesuai keinginan pimpinan, terkadang, hasilnya bahkan malah lebih baik.
Terdapat sebuah penelitian yang melibatkan lebih dari 50 pelatih bola basket sekolah menengah dan perguruan tinggi selama lebih dari 300 pertandingan.
Dari penelitian itu hasilnya menunjukkan adanya hubungan yang kuat dan jelas” antara ucapan berupa perintah, petunjuk, atau motivasi dari pelatih saat paruh waktu yang memiliki kesan negatif dengan kinerja tim saat babak kedua.
Apakah Hasil penelitian Ini dapat diTransfer ke Lingkungan Bisnis? Jadi, apa artinya ini bagi para pemimpin bisnis? Apakah sudah waktunya untuk mulai menggunakan metode komunikasi yang memiliki kesan keras terhadap karyawan?
Tidak juga. Motivasi negatif memang dalam sesekali waktu dapat membantu meningkatkan hasil dalam beberapa situasi, tetapi berhati-hatilah agar tidak menjadikan metode komunikasi yang keras ini sebagai sebuah kebiasaan di lingkungan kerja.
Hasil penelitian menyarankan, para pimpinan untuk tidak menjadikan dirinya sebagai sosok yang menjengkelkan dan sering berteriak atau marah-marah,
tetapi ketika dalam kondisi tertentu, misalkan saat Anda memiliki pekerjaan yang sangat penting atau presentasi yang perlu diselesaikan dalam waktu singkat selama akhir pekan, emosi negatif bisa menjadi cambuk yang sangat berguna untuk mendorong kinerja yang lebih baik.
Hal yang juga patut diperhatikan bahwa seorang pemimpin harus mempertimbangkan manfaat jangka pendek dari pendekatan motivasi negatif bila dibandingkan dengan dampak jangka panjang dari kemungkinan penurunan semangat kerja, yang dapat memengaruhi keterlibatan, produktivitas, rekrutmen, dan retensi.
Tren di dunia kerja dalam beberapa dekade terakhir adalah terjadinya pergeseran dari penggunaan motivasi negatif menjadi penggunaan motivasi positif, dan secara umum, sebenarnya hal ini masuk akal.
Namun, manajer juga harus memahami bahwa masih ada waktu dan tempat untuk menggunakan motivasi negatif, selama itu sudah diperhitungkan dampaknya. Ada saatnya ketika karyawan perlu tahu kapan kinerja yang ditunjukannya tidak memenuhi harapan, dan dengan begitu ia juga perlu tahu kapan mereka perlu meningkatkannya.