Pengembangan Diri

Bagaimana untuk Tidak Setuju Secara Santun

Ketidaksepakatan merupakan bagian alami dari semua lingkungan kerja tanpa terkecuali. Pada umumnya, perusahaan dibangun untuk menghasilkan keuntungan, dan keuntungan itu diusahakan oleh karyawan yang ada didalamnya.

Keberhasilan sebuah perusahaan dan keberhasilan setiap karyawan di dalam perusahaan tersebut sering kali bermuara pada keputusan apa yang mereka buat sehari-hari, misalnya: 

  • Apakah peluang baru yang akan dicoba sepadan dengan risikonya? 
  • Apakah produk baru yang akan diluncurkan sudah cukup teruji? 
  • Siapa yang harus memimpin proyek yang akan datang?

Ketidaksepakatan Tidak Harus Berarti Konflik

Ketika uang dan karier dipertaruhkan untuk jawaban atas pertanyaan semacam itu, dapat dimengerti bahwa konflik dapat terjadi ketika pemangku kepentingan yang berbeda memiliki posisi yang berbeda saat menjawab pertanyaan seperti itu.

Namun perselisihan tidak selalu harus berubah menjadi konflik, dan konflik itu sendiri tidak harus berubah menjadi percakapan bernada keras dan cacian yang menyinggung perasaan serta penurunan moral. Namun, pada saat yang sama, menghindari konflik tidak berarti memilih untuk tidak setuju dan mengalah sepanjang waktu.

Dengan kata lain, adalah sangat mungkin untuk tidak setuju secara santun maupun produktif, dan memahami bagaimana cara melakukannya merupakan hal yang penting bagi karyawan.

Memahami Pola Pikir Orang Lain

Langkah pertama untuk belajar tidak setuju secara santun adalah mempertimbangkan seberapa besar Anda, dan orang yang tidak Anda setujui, cenderung untuk ‘menghubungkan’ atau ‘memisahkan’ masalah yang Anda perdebatkan dari faktor politik dan sosial yang lebih luas.

Konsep ‘menghubungkan atau memisahkan’ diungkap oleh psikolog Keith Stanovich, yang menggunakannya untuk mendeskripsikan pola pikir seseorang terhadap suatu masalah ketika dihubungkan dengan masalah-masalah lain yang terjadi di sekelilingnya. 

Mereka yang memiliki kecenderungan ‘menghubungkan’, memahami bahwa sebuah masalah merupakan satu kesatuan dan memiliki hubungan dengan masalah di sekelilingnya. sementara mereka yang cenderung ‘memisahkan’ lebih beranggapan bahwa sebuah masalah harus dipandang terpisah dengan masalah selainnya. 

Berlatih Berpikir Paradoks

Selanjutnya, pertimbangkan konsep “pemikiran paradoks. Ide dasarnya adalah bukannya menghadapi keyakinan seseorang secara frontal, tetapi Anda menyajikan keyakinan mereka versi yang lebih ekstrem dan tidak masuk akal — misalnya, melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan — sehingga mereka dengan sukarela mempertimbangkan kembali idenya dan bersikap lebih lunak.

Namun penggunaan pendekatan ini direkomendasikan  secara halus dan bijaksana, karena begitu orang lain menyadari Anda menggunakannya, cara ini sudah tidak lagi efektif atau bahkan dianggap menyinggung.

Selain itu, data menunjukkan bahwa kebanyakan orang memiliki kecenderungan untuk mengabaikan fakta yang bertentangan dengan keyakinan mereka yang dipegang teguh, dengan memasukkan fakta itu ke dalam argumen bisa jadi akan menunjukkan alternatif baru selain keyakinannya.

Selalu penting untuk bersikap baik dan santun. Pada saat orang mulai emosi, rasionalitasnya kemungkinan besar sudah hilang.

Setuju untuk Tidak Setuju

Ketidaksepakatan dan konflik memiliki konotasi negatif. Tetapi hal itu penting bagi kesuksesan sebuah bisnis. Seringkali, perbedaan pendapat muncul karena individu yang memiliki otak encer di perusahaan senantiasa berpikir secara mandiri mengenai jalan terbaik ke depan. Mematikan perdebatan sama saja dengan melumpuhkan kreativitas dan kemampuan untuk menemukan solusi terbaik. Kuncinya adalah bagaimana melakukan debat tersebut secara profesional, santun, dan produktif. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *