Motivasi Kerja

Teori Motivasi Herzberg – Teori Dua Faktor bag 1

Model Teori Motivasi Herzberg, berpendapat bahwa ada dua faktor yang dapat disesuaikan organisasi untuk mempengaruhi motivasi di tempat kerja. Faktor-faktor ini adalah:

  • Motivator : pendorong karyawan untuk bekerja lebih keras.
  • Faktor Hygiene : faktor Ini tidak akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih keras, tetapi akan menyebabkan karyawan tidak termotivasi jika faktor ini tidak hadir.

Frederick Herzberg mengemukakan model ini pada tahun 1959. Dia mewawancarai lebih dari 200 profesional. Wawancara ini menanyakan bilamanakah ketika responden merasa paling bahagia dan paling tidak bahagia dengan pekerjaan mereka.

Herzberg mencoba untuk menelusuri akar motivasi di tempat kerja.

1. Faktor Motivasi

Adanya motivator menyebabkan karyawan bekerja lebih keras. Faktor ini ditemukan dalam pekerjaan itu sendiri.

2. Faktor Hygiene

Tidak adanya faktor Hygiene akan menyebabkan karyawan bekerja kurang keras. Faktor higiene tidak ada dalam suuatu pekerjaan tetapi terdapat di sekitar sebuah pekerjaan.

Motivator juga disebut sebagai faktor kepuasan, dan faktor Hygiene disebut juga sebagai faktor ketidakpuasan.

Faktor yang memotivasi meliputi:

Prestasi : sebuah pekerjaan harus memberikan rasa kepuasan pada karyawan yang telah mencapai sesuatu. Ini akan memberikan perasaan bangga karena telah melakukan sesuatu yang sulit tetapi bermanfaat.

Pengakuan : karyawan yang berhasil dalam pekerjaan harus mendapat pujian dan pengakuan, bisa dari atasan maupun rekan-rekan.

Pekerjaan : tugas yang dilakukan oleh karyawan harus menarik, bervariasi, dan memberikan tantangan yang cukup untuk membuat karyawan tetap termotivasi.

Tanggung jawab : Karyawan harus merasa “memiliki” pekerjaannya. Mereka harus menganggap diri mereka bertanggung jawab atas penyelesaiannya dan tidak merasa seolah-olah mereka sedang dikelola terlalu ketat.

Kemajuan : Peluang promosi harus ada untuk karyawan.

Pertumbuhan : Pekerjaan harus memberi karyawan kesempatan untuk mempelajari keterampilan baru, bisa dari tempat kerja atau melalui pelatihan eksternal.

Faktor Hygiene meliputi:

Kebijakan Perusahaan : kebijakan itu harus adil dan jelas bagi setiap karyawan. Selain itu kebijakan tersebut juga harus setara dengan pesaing.

Pengawasan : Pengawasan harus adil dan tepat. Karyawan harus diberikan otonomi dengan kapasitas yang wajar.

Hubungan : Seharusnya tidak ada toleransi atas hubungan intimidatif atau hubungan subjektif. Hubungan yang sehat, ramah, dan pantas harus ada antara rekan kerja, atasan, dan bawahan.

Kondisi kerja : Peralatan dan lingkungan kerja harus aman, sesuai dengan tujuan, dan higienis.

Gaji : Struktur gaji harus adil dan masuk akal. Gaji ini juga harus kompetitif dengan organisasi lain di industri yang sama.

Status : Organisasi harus menjaga status semua karyawan dalam organisasi. Dengan melakukan pekerjaan yang bermakna, individu dapat mendapatkan pengakuan atas sebuah status.

Keamanan : Adalah hal penting bahwa karyawan merasa pekerjaan mereka aman dan tidak terus-menerus terancam diberhentikan.

Secara umum, ada empat keadaan yang dapat ditemukan dalam sebuah organisasi atau tim jika dihubungkan dengan Teori Dua Faktor.

1. Hygiene Tinggi dan Motivasi Tinggi

Ini adalah situasi ideal dan yang harus diupayakan oleh setiap manajer. Di sini, semua karyawan termotivasi dan memiliki sedikit keluhan.

2. Hygiene Tinggi dan Motivasi Rendah

Dalam situasi ini, karyawan memiliki sedikit keluhan tetapi mereka tidak memiliki motivasi yang tinggi. Contoh situasi ini adalah di mana gaji dan kondisi kerja kompetitif tetapi pekerjaannya tidak terlalu menarik. Karyawan hanya ada di tempat kerja untuk sekadar mendapat gaji.

bersambung..

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *