Usaha pencapaian tujuan, jabatan, otoritas kekuasaan, penguasaan sumber daya, dan sejenisnya tidak ubahnya seperti sebuah peperangan. Situasi yang menempatkan pihak-pihak yang ada di dalamnya saling berhadapan, bermusuhan, dan menghancurkan.
Jika Anda membiarkan musuh tetap ada, mereka akan membalas dendam seperti malam yang mengikuti siang. Menunggu musuh mewujudkan niat jahat mereka adalah tindakan yang bodoh, karena pada saat itu, segalanya sudah terlambat. Bersikaplah realistis: Dengan musuh seperti ini, Anda tidak akan pernah merasa aman. Belajarlah dari sejarah. Jangan pernah bermain-main. Tentu saja, ini tidak selalu harus membunuh, tetapi bagaimana mengeluarkan mereka dari lingkar kekuasaan. Dengan melemahkan mereka dan mengusir mereka selamanya, musuh Anda menjadi tidak berbahaya. Mereka tidak memiliki harapan pulih, dan hanya bisa merendahkan diri sendiri. Dan jika Anda tidak dapat mengusir mereka, setidaknya sadarlah bahwa mereka sedang bersekongkol melawan Anda dan tidak akan menghargai kebaikan yang Anda berikan. Satu-satunya senjata Anda dalam situasi seperti ini adalah kewaspadaan. Jika Anda tidak dapat mengusir mereka segera, rencanakan dengan bijaksana waktu yang tepat untuk bertindak. Seperti seekor ular berbisa yang Anda injak dengan kaki namun tetap hidup, ular itu akan muncul kembali dan menggigit Anda dengan racun yang telah berlipat kekuatannya. Musuh yang dibiarkan tertinggal seperti ular berbisa setengah mati yang Anda rawat, akan semakin kuat seiring berjalannya waktu.
Perlu dicatat bahwa musuh dapat dijinakkan atau dieliminasi. Mereka akan membalas dendam apabila mendapat luka yang kecil, tetapi tidak akan mampu melakukannya bila mendapat luka yang besar. Oleh karena itu, kita harus melukai seseorang dengan cara yang membuat kita tidak perlu khawatir dengan pembalasan dendam.
Prinsip ini tidak boleh diabaikan, tetapi terkadang lebih baik membiarkan musuh Anda menghancurkan diri sendiri jika memungkinkan, daripada membuat mereka menderita di tangan Anda. Dalam konteks perang, seorang jenderal yang baik tahu bahwa menyerang pasukan yang terpojok akan memicu perlawanan yang lebih sengit. Terkadang lebih baik memberikan kesempatan mereka untuk mundur dan menjadi lelah, sehingga mereka lebih terdemoralisasi oleh kekalahan mereka sendiri daripada kekalahan yang ditimbulkan oleh pasukan lawan. Ketika Anda memegang kekuasaan atas seseorang, hanya ketika Anda yakin dia tidak bisa pulih, Anda bisa membiarkan dia menghancurkan diri. Biarkan musuh menjadi agen penghancur dirinya sendiri. Hasilnya akan sama, dan Anda tidak akan merasakan keragu-raguan dalam prosesnya.
Pada akhirnya, dengan menghancurkan musuh, Anda dapat menyebabkan mereka merasa sangat tersakiti sehingga mereka menghabiskan waktu bertahun-tahun merencanakan pembalasan dendam. Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa dalam jangka panjang lebih baik memberikan kelonggaran. Namun, masalahnya adalah, kelonggaran Anda membawa risiko lain, seperti membuat musuh menjadi lebih berani, masih menyimpan dendam, tetapi sekarang memiliki ruang untuk bergerak. Hampir selalu lebih bijaksana untuk menghancurkan musuh Anda. Jika mereka merencanakan balas dendam bertahun-tahun kemudian, jangan lengah, tetapi hancurkan mereka pada kesempatan itu.