Resensi Buku

Memanfaatkan Reputasi bagi kepentingan Karir Anda (1)

Keberhasilan Anda menggapai karir sangat mungkin bergantung pada reputasi. Dengan reputasi yang baik, Anda bisa melakukan intimidasi dan menang dalam situasi apapun, tetapi jika reputasi Anda tercoreng, maka Anda akan menjadi rentan dan diserang dari berbagai arah. Dengan mengambil pelajaran dari beberapa kejadian, hallllll ini ditulis sebagai prinsip kelima oleh buku The 48 Laws of Power karya Robert Greene. Penulis menyampaikan prinsip bahwa reputasi harus dijaga bagaimanapun caranya.

Oleh karena itu, jaga reputasi Anda agar tetap kuat dan kokoh. Selalu siaga terhadap kemungkinan serangan dan hentikan potensi serangan sebelum terjadi. Selain itu, pelajari cara merusak reputasi musuh Anda sehingga mereka terjebak dalam situasi sulit dan biarkan opini publik menilai mereka.

Pada tahun 1841, Phineas Taylor Barnum ingin membeli American Museum di Manhattan dan mengubahnya menjadi galeri benda-benda unik. Namun, Barnum tidak memiliki uang sebesar $15.000 yang diminta oleh museum. Meskipun demikian, Barnum berhasil menyusun proposal yang membuat pemilik museum tertarik meskipun tanpa pelunasan di muka. Walaupun kesepakatan telah dicapai secara lisan, pada menit terakhir, pemilik memutuskan untuk menjual museum kepada seniman sekaligus pengusaha Museum Rembrandt Peale. Barnum merasa kecewa tetapi bisnis adalah bisnis. Museum telah dijual ke Peale’s karena keunggulan reputasinya.

Setelah kesepakatan dengan Museum dibatalkan, Barnum meluncurkan kampanye tertulis di surat kabar yang bertujuan untuk merusak reputasi Peale. Ia menyebut pemilik Museum Rembrandt Peale sebagai sekelompok “direktur bank yang bangkrut” yang tidak tahu bagaimana mengelola museum atau menghibur orang. Kampanye itu efektif. Saham Peale anjlok, dan Barnum berhasil membeli semua koleksi museum. Meskipun Peale pulih bertahun-tahun kemudian, ia tidak pernah melupakan apa yang telah dilakukan Barnum.

Setelah peristiwa dengan Barnum, Peale memutuskan untuk membangun reputasi museumnya sebagai “hiburan kelas atas” dengan mempromosikan program museumnya lebih ilmiah daripada program pesaingnya yang dianggap vulgar. Salah satu atraksi “ilmiah” Peale adalah mesmerisme atau hipnotisme, dan untuk sementara waktu, hal tersebut menarik banyak orang dan cukup sukses.

Barnum memutuskan untuk menyerang reputasi Peale lagi dengan menyelenggarakan pertunjukan yang juga bertema hipnotisme, di mana dia membuat seorang gadis kecil seolah tidur terhipnotis. Namun, saat dia mencoba menghipnotis para penonton, tidak ada penonton yang jatuh tertidur dalam pengaruhnya dan banyak dari mereka malah tertawa. Barnum merasa frustrasi dan mencoba membuktikan bahwa hipnotisme gadis kecil itu nyata. Dia akan memotong salah satu jari si gadis dan si gadis akan patuh terhipnotis. Namun saat jarinya akan dipotong, mata gadis kecil itu terbuka dan dia lari, membuat penonton terhibur. Barnum mengulangi pertunjukan ini dan parodi lainnya selama beberapa minggu.

Karena pertunjukan parodi hipnotisme Barnum, jumlah penonton Peale menurun dan akhirnya pertunjukan Peale ditutup. Sementara Barnum terus membangun reputasinya dalam bisnis pertunjukan.

Dalam kasus ini terdapat pelajaran tentang reputasi. Pertama, sebelum memiliki reputasi, Barnum menyerang reputasi Peale dengan menyebar rumor dan keraguan tentang stabilitas dan solvabilitas museum, yang membuat lawannya sulit membela diri dan membuat banyak kesalahan. Kedua, setelah memiliki reputasi sendiri, Barnum mengejek reputasi Peale dengan sindiran demonstrasi hipnotisme palsu yang sukses. Menggunakan serangan langsung adalah hal yang berlebihan ketika orang telah punya reputasi. Sindiran lembut bisa lebih efektif untuk memperkuat reputasi sendiri sambil menyodok reputasi lawan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *