Meragukan Teman – Memanfaatkan Lawan (1)
Dalam dunia karir, persaingan antar kolega demi meraih jabatan yang lebih tinggi adalah suatu hal yang jamak. Persaingan yang ketat sering kali mengaburkan hubungan antar sesama kolega; teman bisa menjadi musuh dan musuh bisa jadi teman. Kenyataan inilah yang coba digambarkan dalam buku The 48 Laws of Power karya Robert Greene. Dengan mengutip beberapa kisah, penulis menelurkan prinsip kedua – jangan sampai Anda terlalu mempercayai teman, justru manfaatkanlah pesaing Anda demi kepentingan Anda.
Berhati-hatilah dengan teman-teman Anda, mereka akan mengkhianati Anda karena perasaan iri hati. Mereka juga bisa menjadi sosok yang meminta lebih kepada Anda karena adanya status pertemanan, dan malah menghambat Anda. Namun, saat Anda memiliki musuh yang sama dengan musuh Anda, ajaklah ia, dan ia akan lebih setia daripada teman, karena ia memiliki lebih banyak hal yang harus dibuktikan. Sebenarnya, Anda harusnya punya lebih banyak musuh daripada teman. Jika Anda tidak memiliki musuh, carilah cara untuk membuat mereka.
Berikut adalah kisah yang menggambarkan prinsip ini.
Setelah runtuhnya Dinasti Han pada tahun 222 M, selama beberapa abad sejarah China dipenuhi oleh kudeta berdarah. Para jendral akan bekerja sama membunuh seorang kaisar yang lemah, kemudian menggantikannya dengan seorang jenderal yang kuat. Untuk memastikan kelangsungan hidupnya dia akan membunuh rekan-rekannya yang juga sesama jenderal. Namun, beberapa tahun kemudian, pola itu akan berulang.
Pada tahun 959 M, Jenderal Chao K’uang-yin menjadi Kaisar Sung. Demi memutus pola sejarah, ia menyuruh para jendral sekutunya mundur dan diberikan harta berlimpah dan menjamin bahwa kehidupan mereka yang nyaman tidak akan diusik.
Beberapa tahun berikutnya, Sung melanjutkan kampanye perluasan kekuasaannya. Pada tahun 971 Masehi, Raja Lin dari Han akhirnya menyerah pada Sung setelah beberapa tahun pemberontakan. Lalu Sung memberi pangkat di istana kekaisaran pada Lin dan mengundangnya ke istana untuk berpesta anggur. Namun Lin khawatir jika anggurnya diberi racun. Kaisar Sung tertawa, mengambil gelas dari Lin, dan meminumnya sendiri. Tidak ada racun. Sejak saat itu Lin menjadi teman terpercaya dan paling setia.
China terpecah menjadi banyak kerajaan kecil saat itu. Ketika Ch’ien Shu, raja salah satu kerajaan kecil, dikalahkan, menteri menasihatkan Kaisar untuk menghukumnya. Ada banyak dokumen yang membuktikan bahwa dia masih berencana membunuh Sung. Namun, saat Ch’ien Shu berkunjung, bukannya dihukum, Sung malah memuliakannya. Kaisar memberinya sebuah paket, dan menyuruh membukanya saat pulang. Ternyata itu berisi dokumen tentang konspirasinya, sang mantan raja akhirnya menyadari bahwa sang kaisar masih memaafkannya. Menyadari kebaikan kaisar, Ch’ien Shu akhirnya menjadi pengikut kaisar yang setia.
Kaisar bertindak cerdik dengan melenyapkan potensi ancaman dari mantan rekan-rekan sesama jendral yang berjuang bersamanya. Cara yang ditempuh juga halus. Saat menghadapi musuh yang bahkan ingin membunuhnya, kaisar malah menaklukkan hatinya dan ujung-ujungnya membuatnya menjadi sekutu yang setia.