Resensi Buku

Otonomi: Kunci Utama Motivasi Tipe I

Dalam bukunya yang bertajuk “Drive”, Daniel H. Pink membahas pentingnya otonomi sebagai elemen kunci dalam memicu motivasi intrinsik, yang disebut sebagai “Motivasi Tipe I”. Pink berargumen bahwa pendekatan manajemen konvensional, yang seringkali mengutamakan kontrol dan insentif eksternal (“Motivasi Tipe X”), sudah usang dan tidak sejalan dengan kebutuhan manusia modern, terutama dalam pekerjaan yang kompleks dan kreatif.

Pink mengkritik sistem manajemen konvensional yang didasarkan pada asumsi bahwa manusia pada dasarnya malas dan perlu dikendalikan melalui aturan, pengawasan ketat, dan insentif eksternal. Ia mengemukakan bahwa pendekatan ini mengabaikan naluri manusia yang mendalam untuk mengarahkan hidup mereka sendiri, mengejar keahlian, dan berkontribusi pada sesuatu yang lebih besar dari diri mereka. Sistem ini, menurut Pink, tidak hanya tidak efektif dalam jangka panjang, tetapi juga dapat merusak motivasi intrinsik dan kreativitas.

Pink mendukung teori self-determination yang dikembangkan oleh Deci dan Ryan, yang menyatakan bahwa otonomi merupakan salah satu dari tiga kebutuhan psikologis dasar manusia (bersama dengan kompetensi dan hubungan). Ketika kebutuhan ini terpenuhi, individu termotivasi, produktif, dan bahagia. Sebaliknya, jika kebutuhan ini terhambat, motivasi, produktivitas, dan kebahagiaan menurun. Otonomi, berbeda dengan kemandirian, diartikan sebagai kemampuan untuk bertindak dengan pilihan dan kebebasan, bahkan dalam konteks kerja sama.

Pink mengidentifikasi empat aspek penting otonomi dalam tempat kerja yang memungkinkan perilaku Tipe I berkembang:

  • Tugas (Task): Kebebasan untuk memilih tugas yang akan dikerjakan. Contohnya, program “20% time” di Google, di mana karyawan dapat menghabiskan 20% waktu kerja mereka untuk proyek pribadi, telah menghasilkan inovasi-inovasi signifikan. Atlassian, perusahaan software, menerapkan hal serupa dengan program “FedEx Days”.
  • Waktu (Time): Kebebasan untuk mengatur jadwal kerja sendiri, termasuk jam masuk dan keluar. Contohnya, lingkungan kerja “ROWE” (Results-Only Work Environment) di Best Buy, yang memberikan kebebasan karyawan untuk mengatur waktu dan tempat kerja selama hasil kerja tetap terpenuhi.
  • Teknik (Technique): Kebebasan untuk memilih metode dan cara melakukan pekerjaan. Zappos.com, misalnya, memberikan otonomi kepada karyawan layanan pelanggan dalam menangani panggilan telepon tanpa skrip atau batasan waktu.
  • Tim (Team): Kebebasan untuk memilih dengan siapa mereka bekerja. Beberapa organisasi seperti Whole Foods dan W.L. Gore & Associates memberikan kesempatan kepada karyawan untuk terlibat dalam proses perekrutan dan membentuk tim mereka sendiri.

Meskipun mengganti sistem manajemen tradisional dengan otonomi membutuhkan waktu dan perubahan signifikan, Pink menyarankan beberapa langkah praktis untuk perusahaan. Langkah pertama adalah melakukan audit otonomi. Melakukan survei anonim untuk menilai tingkat otonomi yang dirasakan karyawan di berbagai aspek pekerjaan. Kemudian melepaskan kendali, membiarkan karyawan berperan aktif dalam menetapkan tujuan, menggunakan bahasa yang tidak mengontrol, dan memberikan waktu konsultasi rutin. Dan yang terakhir melaksanakan program hadiah antar teman. Memberikan sistem di mana karyawan dapat memberikan penghargaan kepada rekan kerja yang berprestasi sebagai pengganti insentif dari manajemen.

Kesimpulannya, pembahasan ini menekankan pentingnya otonomi sebagai landasan motivasi intrinsik dan pencapaian kinerja tinggi dalam organisasi. Dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendorong otonomi, perusahaan dapat melepaskan potensi karyawan mereka dan menciptakan budaya kerja yang lebih produktif, memuaskan, dan berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *