Resensi Buku

Rencanakan Semuanya Hingga Akhir 1

Bagi siapapun yan berkutat dengan dunia kekuasaan, akhir adalah yang paling penting. Ini adalah salah satu prinsip yang dikemukakan oleh Robert Greene, setelah mengamati sejarah kekuasaan di dunia, lalu ia tulis dalam bukunya, 48 Laws of Power.

Berkaitan dengan pentingnya hasil akhir, maka dalam meraih kekuasaan, seseorang harus merencanakan segalanya dengan matang, memikirkan semua kemungkinan konsekuensi, hambatan, dan perubahan tak terduga yang bisa mengubah hasil kerja kerasnya. Dengan merencanakan sampai akhir, ia tidak akan terlalu kaget oleh situasi yang datang dan akan tahu kapan saatnya untuk berhenti. Ia harus mengarahkan keberuntungannya dengan bijak dan membentuk masa depannya dengan berpikir jauh ke depan.

Berikut adalah cuplikan sebuah kisah karya penulis Idris Shah dari bukunya yang berjudul Karavan Mimpi yang ditulis di tahun 1968. Kisah ini dapat memberikan gambaran tentang hukum ini.

Pada zaman dulu, ada seorang raja Tartary yang sedang berjalan-jalan bersama dengan beberapa orang bangsawannya. Di tepi jalan, ada seorang abdal (seorang sufi pengembara) yang berseru, “Siapa saja yang memberi saya seratus dinar, akan saya berikan nasihat yang baik.” Sang raja berhenti dan bertanya, “Abdal, apakah nasihat yang baik tersebut, yang seharga seratus dinar?”

Abdal menjawab, “Tuan, mohon berikan saya sejumlah uang, dan saya akan segera memberikan nasihatnya kepada Anda.” Sang raja mengikuti permintaan itu, berharap mendengar nasihat yang luar biasa. Sang abdal memberi nasihatnya, “Saran saya adalah ini: Jangan pernah memulai sesuatu tanpa merenungkan akhirnya terlebih dahulu.”

Para bangsawan dan orang-orang yang hadir tertawa mendengar ini, mengatakan bahwa abdal itu bijaksana karena meminta uang terlebih dahulu. Tetapi sang raja berkata, “Tidak ada alasan untuk menertawakan nasihat yang baik yang diberikan oleh abdal ini kepada saya. Kita semua tahu bahwa kita harus berpikir dengan baik sebelum melakukan sesuatu. Tetapi seringkali kita lupa dan akibatnya bisa buruk. Saya sangat menghargai nasihat abdal ini.” Sang raja kemudian memutuskan untuk selalu mengingat nasihat itu. Ia memerintahkan agar nasihat tersebut ditulis dengan emas di dinding dan diukir di piring peraknya.

Tidak lama kemudian, ada kelompok yang berusaha membunuh sang raja. Mereka menyuap seorang ahli bedah kerajaan dengan janji menjadi perdana menteri jika ia menusukkan pisau beracun ke lengan sang raja. Ketika saatnya tiba untuk mengeluarkan darah raja, sebuah baskom perak diletakkan untuk menampung darah tersebut. Tiba-tiba, sang ahli bedah melihat kata-kata yang terukir di atasnya: “Jangan pernah memulai apa pun tanpa merenungkan akhirnya.” Baru pada saat itu dia menyadari bahwa jika kelompok itu berhasil, mereka bisa membunuhnya juga, tanpa memenuhi tawaran menjadikannya perdana menteri. Sang raja melihat ahli bedah yang gemetar, dan bertanya apa yang salah.

Akhirnya, sang ahli bedah mengakui kebenaran nasihat tersebut. Pada awalnya ia tidak menggambarkan rencana pembunuhan itu hingga akhir. Setelah melihat kemungkinan skenario di ujung, ia lalu mengubah pendiriannya. Plot kelompok tersebut pun digagalkan, dan sang raja memanggil semua orang yang hadir saat abdal memberikan nasihatnya tempo hari, seraya berkata kepada mereka, “Apakah kalian masih menertawakan nasehat sang abdal waktu itu?”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *