Resensi Buku

Tawarkan Perubahan, tapi Jangan Revolusioner 2

Meraih dan mempertahankan kekuasaan adalah seni yang membutuhkan strategi cerdik dan pemahaman mendalam tentang psikologi manusia. Ada dua hal penting yang perlu dipahami dalam konteks ini: kebutuhan akan perubahan dan kecintaan pada kebiasaan.

Manusia adalah makhluk kompleks yang memahami pentingnya perubahan, namun sering kali merasa terganggu ketika perubahan tersebut mempengaruhi mereka secara langsung. Meski mereka tahu bahwa perubahan membawa kebaruan dan menghilangkan kebosanan, mereka cenderung berpegang teguh pada masa lalu dan merasa tidak nyaman dengan perubahan yang mengganggu rutinitas mereka.

Setiap revolusi pasti akan menemui perlawanan. Kekosongan yang dihasilkan oleh perubahan besar seringkali membuat orang merasa cemas dan takut, dan ini bisa mendorong mereka untuk kembali ke kebiasaan lama. Machiavelli, seorang pemikir politik, berpendapat bahwa pemimpin yang ingin membawa perubahan harus siap menggunakan kekuatan untuk menahan rasa rindu orang-orang yang ia pimpin terhadap masa lalu.

Namun, cara yang lebih mudah dan damai adalah dengan memberikan ilusi kontinuitas. Artinya, meskipun melakukan reformasi, tetap menampilkan elemen-elemen dari masa lalu yang sudah dikenal akrab dan menyenangkan bagi sebagian besar orang. Dengan cara ini, perubahan bisa diterima dengan lebih mudah karena orang merasa ada hubungan dengan masa lalu mereka.

Salah satu cara untuk melakukan ini adalah dengan menggunakan masa lalu sebagai alat. Misalnya, dalam kasus Kaisar Cina Wang Mang, dia menggunakan teks Konfusius yang sedari dulu telah diterima secara luas untuk mendukung perubahan yang dia lakukan. Padahal sebelumnya, naskah ini dikabarkan telah menghilang. Tapi tiba-tiba teks itu muncul kembali, tapi sudah disisipi ide perubahan sang kaisar. Dengan cara ini, orang-orang merasa bahwa perubahan tersebut sesuai dengan tradisi dan nilai-nilai yang mereka hormati.

Namun, penting juga untuk memahami bahwa tidak semua bagian dari masa lalu harus dipertahankan. Jika ada bagian dari masa lalu yang menyakitkan atau merusak, penting untuk memutuskan hubungan dengan bagian tersebut. Contohnya adalah Napoleon yang menghindari kemewahan istana Louis XVI dan Marie-Antoinette untuk menghindari asosiasi dengan masa lalu yang menyakitkan.

Akhirnya, penting untuk mengisi kekosongan yang dihasilkan oleh perubahan dengan sesuatu yang baru dan menenangkan. Jika tidak, akan ada rasa ketakutan dan kecemasan yang dapat merusak kekuasaan. Dengan menciptakan ritual dan bentuk baru yang menenangkan dan sudah dikenal akrab, orang akan merasa lebih nyaman dengan perubahan dan lebih menerima kekuasaan baru.

Secara keseluruhan, meraih dan mempertahankan kekuasaan membutuhkan keseimbangan antara perubahan dan kebiasaan, penghormatan terhadap masa lalu dan pemutusan hubungan dengan bagian-bagian yang merusak, serta penciptaan ritual dan bentuk baru untuk mengisi kekosongan. Dengan strategi ini, kekuasaan dapat diraih dan dipertahankan dengan sukses.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *