Resensi Buku

Temukan Kelemahan Seseorang lalu Kuasai 3

Pada tahun 1559, ada sebuah cerita menarik di Prancis. Saat itu, raja Prancis Henri II meninggal dalam sebuah acara jousting, yaitu turnamen berkuda yang di situ menempatkan dua peserta yang saling berhadapan dan kemudian saling menyerang. Putranya kemudian naik takhta dan menjadi Raja Francis II. Namun, di baliknya, ada seorang wanita yang memiliki peran penting, yaitu Ratu Henri, atau Catherine de’ Médicis. Catherine adalah seorang wanita yang cerdas dan telah lama membuktikan kemampuannya dalam urusan negara.

Tak lama setelah Francis meninggal, Catherine mengambil alih sebagai wali bagi putra berikutnya dalam garis suksesi, yaitu Charles IX, yang saat itu masih berusia sepuluh tahun. Ancaman terbesar terhadap kekuasaan Catherine adalah Antoine de Bourbon, Raja Navarre, dan saudaranya, Louis, Pangeran Condé. Keduanya juga mengklaim hak untuk menjadi wali alih-alih Catherine, yang berasal dari Italia.

Catherine dengan cerdik menunjuk Antoine sebagai letnan jenderal kerajaan dan membuatnya tetap berada di istana, sehingga dia bisa mengawasinya. Namun, yang lebih cerdas lagi, Catherine tahu bahwa Antoine memiliki kelemahan terhadap wanita muda. Oleh karena itu, dia menugaskan salah satu pelayan kehormatannya yang menarik, Louise de Rouet, untuk merayunya. Louise kemudian melaporkan semua tindakan Antoine kepada Catherine.

Langkah ini begitu sukses sehingga Catherine melakukan hal yang sama dengan Pangeran Condé. Ini membentuk apa yang dia sebut sebagai “escadron volant” – yang secara harfiah berarti skuadron terbang – yang terdiri dari gadis-gadis muda yang digunakan untuk menjaga para pria bangsawan di istana agar selalu berada di bawah kendalinya.

Pada tahun 1572, Catherine menikahkan putrinya, Marguerite de Valois, dengan Henri, putra Antoine dan calon Raja Navarre. Ini adalah langkah berani karena menempatkan keluarga yang selalu berjuang melawannya sangat dekat dengan kekuasaan. Untuk memastikan kesetiaan Henri, Catherine melepaskan salah satu anggota paling menarik dari skuadronnya, Charlotte de Beaune Semblançay; padahal itu adalah suami dari anaknya sendiri.

Dan memang akhirnya anak perempuan sang ratu yang menerima getahnya. Dalam beberapa minggu, Marguerite de Valois melaporkan bahwa “Semblançay benar-benar menjerat suamiku sehingga kami tidak lagi tidur bersama, atau bahkan mengobrol.” Saat putra sang ratu, Duke of Alençon bersahabat dengan Henri, sang ratu kembali menggunakan jasa Charlotte agar mendekati putranya. Akhirnya persahabatan yang berpotensi mendongkel kekuasaan sang ratu itupun berakhir karena perebutan wanita.

Catherine memahami bahwa sifat manusia dapat terungkap dalam cara seseorang berurusan dengan hal-hal sepele. Kecenderungan egois dan kurang perhatian terhadap orang lain ini dapat muncul dalam hal-hal kecil dan juga memengaruhi tindakan seseorang dalam hal-hal penting.

Catherine juga belajar dari pengalaman bahwa pria cenderung ingin merasa bahwa mereka bisa memenangkan hati seorang wanita tanpa bergantung pada status sosial mereka. Wanita yang memiliki daya tarik yang kuat dapat memanfaatkan kelemahan ini untuk mengendalikan pria.

Jadi, Catherine mengubah kelemahan ini menjadi keuntungannya, melepaskan wanita-wanita menarik di istana pada pria yang memiliki kerentanan seperti halnya yang juga terjadi pada suaminya. Selalu ada pelajaran berharga di balik cerita-cerita sejarah seperti ini, yang mengungkapkan kerentanan pada sifat manusia dan kekuasaan dalam bermain di belakang layar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *