Efek Dunning-Kruger (bag 1)
Jika Anda diminta untuk menilai kemampuan diri sendiri dalam hal mengemudi pada skala 1 sampai 10, berapakah Anda menilai diri Anda sendiri? Mungkin Anda memang bukan pengemudi terbaik di dunia, tetapi Anda sepertinya juga berkeyakinan bukan yang terburuk. Bahkan, Anda mungkin menilai diri Anda sedikit lebih baik daripada rata-rata pengemudi.
Masalahnya dalam hal ini adalah bahwa kebanyakan orang menilai diri mereka sebagai pengemudi yang lebih baik daripada kebanyakan orang. Inilah yang disebut Efek Dunning-Kruger, yang mana kebanyakan orang melebih-lebihkan kemampuan mereka, dan justru penilaian berlebihan terbesar malah berasal dari mereka yang memiliki keterampilan terendah.
Apa pengertian tentang Efek Dunning-Kruger? Efek Dunning-Kruger adalah bias kognitif seseorang yang ditandai dengan sikap terlalu percaya diri atas kemampuannya pada bidang tertentu. Kesenjangan antara kemampuan yang dirasakan seseorang dengan kemampuan yang sebenarnya, biasanya tidak disadari oleh individu yang bersangkutan, tetapi seringkali diketahui oleh orang lain di sekitarnya.
Dunning dan Kruger mendasarkan teori mereka pada serangkaian eksperimen yang mereka lakukan saat menguji kemampuan individu dalam bidang humor, tata bahasa, dan logika. Mereka mengidentifikasi bias kognitif ini dengan melakukan perbandingan antara nilai sebenarnya hasil pengujian kemampuan individu dengan nilai yang diasumsikan oleh individu yang bersangkutan. Individu yang mendapat nilai bagus cenderung memiliki asumsi bahwa nilainya buruk. Namun individu yang mendapatkan nilai buruk cenderung memiliki asumsi bahwa ia mendapat nilai yang bagus.
Kesenjangan antara kinerja yang dirasakan dan kinerja yang sebenarnya dapat ditunjukkan dengan baik menggunakan Kurva Dunning-Kruger. Jika menyimak gambaran grafik, pada sumbu x mewakili tingkat pengalaman atau pengetahuan mengenai suatu bidang, dan pada sumbu y, mewakili tingkat kepercayaan diri atau kemampuan yang dirasakan oleh seseorang.
Kurva Dunning-Kruger menunjukkan bahwa orang yang tidak memiliki pengetahuan merasakan bahwa dirinya tidak kompeten. Namun, mereka yang hanya memiliki sedikit pengetahuan sangat melebih-lebihkan kompetensi mereka. Ketika orang mendapatkan pengetahuan lebih lanjut, ia menjadi lebih sadar akan kekurangan dalam hal pengetahuannya dan kepercayaan diri yang bersangkutan menurun sampai ia mencapai titik kompetensi rata-rata. Setelah titik ini, seiring dengan meningkatnya pengetahuan seseorang, maka tingkat kepercayaan dirinya juga turut meningkat.
Ketika orang sedikit mengetahui suatu bidang, ia beranggapan, “Aku tahu semua tentang ini.” Pada tahap berikut, “Ini bukan perkara sederhana, lebih rumit dari perkiraan!” Lalu, “Sepertinya aku mulai tahu.” Hingga pada tingkat yang paling mengetahui, orang beranggapan, “Sampai kapanpun aku tak akan pernah paham!”
Ternyata satu-satunya orang yang cenderung meragukan kemampuannya adalah mereka yang sebenarnya paling kompeten dan berpengalaman. Ini sering disebut sebagai beban keahlian.
Masih berkenaan dengan teori ini, muncul pula sebuah jargon unik, yaitu puncak kebodohan. Suatu kondisi yang mana seseorang berada pada puncak kepercayaan diri tetapi tidak diimbangi dengan pengetahuan yang proporsional. Hal paling menakutkan saat berada pada puncak kebodohan adalah biasanya justru orang yang bersangkutan tidak menyadari jika ia sebenarnya sedang berada pada puncak itu.
Poin penting yang harus disadari tentang Efek Dunning-Kruger adalah bahwa kondisi ini dialami oleh semua orang, walaupun pada kadar yang berbeda-beda.