Dimensi Budaya Trompenaars bag 2
Konsep dimensi budaya memaparkan bagaimana kita melakukan pendekatan masalah pekerjaan dihubungkan dengan konteks budaya. Pada bagian sebelumnya kita telah membahas poin ke-1 dari total 7 poin. Berikut adalah kelanjutannya.
2. Individualis atau komunitarian
Dimensi ini dapat dipahami dengan bertanya apakah seseorang bekerja sebagai tim atau individu? Apakah orang cenderung menginginkan pengakuan atas pencapaian individu, atau apakah individu itu lebih memilih untuk dianggap sebagai bagian dari kelompok?
Budaya individualistis meyakini bahwa hasil seseorang dalam hidup adalah hasil dari pilihannya sendiri. Dalam budaya ini, seseorang mengambil keputusan tidak perlu berkonsultasi dengan orang lain. Dengan demikian, pengambil keputusan dapat mengambil keputusan dengan cepat. Adalah tanggung jawab pribadi untuk menjaga kebahagiaan dan kepuasan diri sendiri. Budaya individualis diantaranya terdapat pada masyarakat Kanada, AS, dan Inggris.
Budaya berdasarkan komunitarianis percaya bahwa kualitas hidup seseorang jadi lebih baik ketika orang-orang saling membantu. Dengan demikian, orang-orang dengan budaya ini cenderung menempatkan diri mereka agar lebih sesuai dengan kelompoknya. Terdapat rasa loyalitas yang kuat dalam kelompok. Akibat kecenderungan untuk melibatkan kelompok, pengambilan keputusan menjadi lebih lambat karena semua orang memberi masukan. Perputaran kerja akan lebih rendah karena loyalitas kelompok yang tinggi. Penghargaan ketika mencapai prestasi diberikan kepada kelompok, bukan individu. Budaya yang menitikberatkan pandangan komunal contohnya adalah Jepang, sebagian besar Afrika, Cina, dan negara-negara Amerika Latin.
Kiat ketika bekerja dalam budaya individualis:
- Berilah penghargaan dan pujian kepada individu yang mampu berkinerja tinggi.
- Dorong orang-orang untuk menggunakan inisiatif mereka sendiri.
- Sejajarkan kebutuhan individu dengan kebutuhan organisasi.
Kiat ketika bekerja dalam budaya komunal:
- Ketika memberikan penghargaan karena kinerja yang baik, berikanlah kepada tim, jangan terlalu menonjolkan seorang anggota tim.
- Berikan Pujian pada kelompok di depan umum, tetapi beri pujian individu atas kontribusinya secara pribadi.
- Libatkan seluruh tim dalam pengambilan keputusan.
3. Netral atau afektif
Dimensi ini dapat dipahami dengan menanyakan apakah orang-orang cenderung menunjukkan emosinya atau bersikap ekspresif?
Dalam budaya netral, orang-orang cenderung tidak menunjukkan emosi mereka. Emosi tentu saja dirasakan oleh tiap individu, tetapi itu bisa dikendalikan. Mengamati orang-orang seperti ini, Anda akan menganggap mereka kaku dan rasional. Masyarakat dengan budaya netral antara lain adalah Jerman, Belanda, dan Inggris.
Dalam masyarakat berbudaya afektif, orang-orang cenderung mengungkapkan emosi mereka, termasuk di tempat kerja. Dalam budaya afektif, merupakan sesuatu yang normal jika seseorang memperlihatkan emosi mereka. Contoh masyarakat berbudaya afektif diantaranya Italia, Spanyol, dan Amerika Latin.
Kiat saat bekerja dalam masyarakat berbudaya netral:
- Jagalah selalu emosi, baik apa yang Anda katakan atau bagaimana ekspresi wajah Anda, usahakan selalu dalam kendali.
- Ingatlah bahwa orang cenderung tidak mengekspresikan emosi mereka yang sebenarnya. Jadi cobalah untuk membaca yang tersirat atas apa yang dikatakan orang kepada Anda.
- Setelah obrolan pembuka, segera lanjut membahas topik dalam rapat.
Kiat saat bekerja dalam masyarakat berbudaya afektif:
- Gunakan emosi untuk mengomunikasikan apa yang Anda inginkan dan target Anda.
- Perlihatkan bagaimana perasaan Anda untuk memperkuat hubungan di tempat kerja.
- Pelajarilah beberapa teknik meredakan situasi ketika emosi memuncak.
berlanjut ke bagian ke-3.