HR Strategic

Pertanyaan “Apa yang Kamu Inginkan?” dalam Kebiasaan Coaching 2

Pada artikel sebelumnya kita telah mengetahui bahwa pertanyaan mendasar “what do you want?” (apa yang kamu inginkan) bukanlah pertanyaan sederhana dalam membangun kebiasaan coaching. Pertanyaan ini adalah inti dari hubungan antar manusia dewasa. Seringkali kita tidak tahu apa yang kita inginkan, atau takut untuk meminta apa yang kita inginkan, atau tidak bisa mengartikulasikannya dengan jelas.

Pertanyaan mendasar “apa yang kamu inginkan?” dapat meningkatkan keterlibatan dan koneksi dalam hubungan antar manusia, khususnya dalam konteks kebiasaan coaching. Terdapat konsep TERA Quotient dalam psikologi komunikasi. Ini adalah suatu singkatan dari tribe, exception, rank, dan autonomy. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut terkait hal ini.

Tribe (Suku): Otak manusia secara alami bertanya, “Apakah kamu sepihak atau melawan aku?” Ketika seseorang merasa bahwa orang lain berada di pihak mereka, otak melepaskan sinyal positif yang meningkatkan keterlibatan. Pertanyaan “apa yang kamu inginkan?” membantu membangun rasa “kesukuan” karena menunjukkan bahwa kita peduli dengan apa yang mereka inginkan dan ingin membantu mereka mencapai tujuannya.

Expectation (Ekspektasi): Otak mencari kepastian dan kejelasan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Ketika seseorang merasa tidak yakin atau tidak tahu apa yang akan terjadi, otak melepaskan sinyal negatif yang mengurangi keterlibatan. Pertanyaan “apa yang kamu inginkan?” membantu menciptakan ekspektasi yang positif karena membuka ruang untuk dialog dan kolaborasi, ini berbeda dengan mengatakan instruksi atau perintah.

Rank (Peringkat): Otak secara alami mengevaluasi status dan kekuasaan dalam sebuah hubungan. Ketika seseorang merasa bahwa status mereka diremehkan atau diabaikan, otak melepaskan sinyal negatif yang mengurangi keterlibatan. Pertanyaan “apa yang kamu inginkan?” menghormati status dan kekuasaan orang lain dengan memberi mereka kesempatan untuk berbagi keinginan mereka dan merasa didengar.

Autonomy (Otonomi): Otak mencari kesempatan untuk membuat pilihan dan memiliki kontrol atas hidup mereka. Ketika seseorang merasa tidak memiliki kontrol atau pilihan, otak melepaskan sinyal negatif yang mengurangi keterlibatan. Pertanyaan “apa yang kamu inginkan?” memberikan orang lain kesempatan untuk membuat pilihan dan memiliki kontrol atas situasi mereka, yang meningkatkan rasa otonomi dan keterlibatan.

Berikut adalah contoh praktis bagaimana menggunakan “pertanyaan mendasar” (“apa yang kamu inginkan?”) dalam sebuah situasi. Misalnya ketika seseorang merasakan kebuntuan. Seorang anggota tim mengeluh tentang proyek yang rumit dan merasa terbebani. Maka pertanyaan yang bisa diajukan adalah “apa yang kamu inginkan dalam situasi seperti ini?” Manfaatnya adalah Pertanyaan ini mendorong tim untuk berpikir tentang apa yang mereka inginkan, bukan hanya apa yang mereka tidak inginkan. Mungkin mereka ingin lebih banyak dukungan, lebih banyak kejelasan tentang tujuan, atau mungkin mereka ingin berbagi beberapa tanggung jawab.

Pertanyaan “apa yang kamu inginkan?” adalah pertanyaan mendasar yang dapat membantu membangun kebiasaan coaching yang efektif. Ketika kita bertanya “apa yang kamu inginkan?”, kita menunjukkan bahwa kita peduli dengan orang lain dan ingin membantu mereka mencapai tujuannya. Ini membantu membangun kepercayaan dan koneksi, yang merupakan dasar dari hubungan coaching yang sukses.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *