Kepemimpinan dari sumber daya formal
Kepemimpinan dapat terbentuk melalui kekuatan yang dipunyai seseorang. Pada tulisan sebelumnya kita sudah membahas beberapa jenis kekuatan yang menjadi sumber kekuasaan. Sekarang kita akan lebih mendalami beberapa sumber kekuasaan itu.
Sumber kekuasaan dibagi menjadi dua kategori. Kekuasaan formal, yang ditentukan oleh posisi seseorang dalam suatu organisasi (kadang-kadang disebut sebagai kekuasaan posisi), dan kekuasaan pribadi, yang ditentukan oleh pengikut individu tersebut.
Pada artikel ini kita lebih mendalami tentang Kekuasaan Formal
1. Kekuatan Koersif
Pimpinan menggunakan kekuatan koersif ketika ia menyatakan bahwa kepatuhan bisa tercapai jika dimunculkan sistem penghukuman.Seseorang perlu diancam oleh hukuman demi menciptakan kepatuhan, seperti mengancam staff akan dipecat atau diturunkan pangkatnya kecuali bila mereka mencapai target.
Kekuatan koersif hanya berfungsi ketika pemimpin memiliki visibilitas mengenai apa yang dilakukan orang di bawah kekuasaannya (pengawasan). Saat para staf sering melakukan kesalahan mendasar dalam peran mereka, pimpinan mungkin perlu menggunakan kekuatan koersif. Waktu yang juga tepat untuk menggunakan kekuatan koersif adalah ketika organisasi dalam krisis atau pemotongan yang tak terhindarkan.
Dalam banyak konteks, penggunaan kekuatan koersif jarang berguna dalam lingkungan profesional karena dapat menimbulkan kebencian dan dapat menyebabkan tuduhan penindasan.
2. Kekuatan Imbalan / Penghargaan
Ini terjadi saat Anda menggunakan penghargaan demi mendapatkan kepatuhan staf. Contoh penghargaan termasuk diantarannya bonus, kenaikan gaji, hari libur sebagai pengganti, kesempatan pelatihan, atau bahkan pujian publik atau terima kasih.
Kiat untuk menggunakan kekuatan penghargaan adalah dengan menciptakan ekspektasi ganjaran dan memicu bagian otak yang menikmati imbalan atas kerja keras. Sebagai contoh sederhana, jika Anda selalu memuji kinerja terbaik di depan umum dan tidak pernah memuji kinerja buruk bawahan Anda, maka Anda menciptakan keinginan pada staf untuk mencapai pujian itu dengan bekerja keras untuk mendapatkannya.
Perhatikan, dengan pengecualian pujian dan terima kasih, terdapat kemungkinan kehabisan hadiah atau tidak memiliki kemampuan untuk mengeluarkannya. Dalam hal ini, kekuatan Anda menjadi berkurang. Untuk alasan ini, disarankan agar sering menggunakan pujian dan terima kasih, sedang penghargaan lainnya sekali waktu saja dipergunakan dan hanya untuk pencapaian besar.
3. Kekuasaan yang Sah / berdasar legalitas
Anda menggunakan kekuasaan yang sah ketika Anda menggunakan posisi/jabatan di organisasi untuk mendapatkan kepatuhan atas keinginan Anda. Dengan kekuasaan yang sah, bawahan menuruti keinginan Anda karena mereka percaya bahwa Anda memiliki hak untuk menggunakan kekuasaan tersebut karena posisi yang Anda pegang.
Seorang CEO memegang kekuasaan yang sah. Begitu pula dengan presiden yang diberi amanah melalui pemilu. Kekuasaan yang sah tidak hanya ditentukan oleh gelar tetapi juga oleh situasinya: seorang mantan presiden tidak dapat mengeluarkan perintah kepada militer, dan sementara presiden yang saat ini menjabat dapat mengeluarkan perintah militer, tapi mereka tidak dapat memerintah warganya agar mengkonsumsi makanan sehat, karena kekuasaan mereka tidak ada dalam situasi itu.
Kekuasaan yang sah akan melemah dalam suatu organisasi jika tidak ada struktur organisasi dan rantai komando yang sangat jelas. Kekuasaan ini malah merugikan saat diterapkan dalam organisasi matriks.
Pada tulisan berikutnya, kita akan membahas kepemimpinan yang bersumber dari kekuatan pribadi.