Manajemen Kinerja

Mengenal Metodologi Scrum 2

Metodologi scrum dikembangkan sebagai tanggapan terhadap pendekatan manajemen proyek yang kurang dinamis yang tidak sesuai dengan kebutuhan tim pengembangan produk di masa kini, terkhusus dengan tim pengembang perangkat lunak yang membutuhkan fleksibilitas. Dalam kesempatan ini kita akan menjelajahi metodologi scrum secara mendalam melalui serangkaian artikel.

Sejarah Metodologi Scrum

Proses scrum memulai asal-usulnya pada awal tahun 1990-an. Jeff Sutherland dan Ken Schwaber mengembangkan proses ini, yang mereka presentasikan pada konferensi Object-Oriented Programming, Systems, Languages & Applications (OOPSLA) di Austin, Texas pada tahun 1995. Mereka meresmikan metodologi ini dalam sebuah makalah yang diterbitkan dengan judul “SCRUM Software Development Process.”

Namun, nama scrum diambil dari sebuah makalah yang diterbitkan pada tahun 1986 oleh para ahli manajemen Hirotaka Takeuchi dan Ikujiro Nonaka, yang berjudul “The New New Product Development Game.” Mereka menggunakan istilah scrum seperti dalam olahraga rugby untuk menekankan pentingnya kolaborasi tim dalam kesuksesan proyek. Pada tahun 2001, Sutherland dan Schwaber bersama dengan 15 pemimpin pengembangan perangkat lunak lainnya menciptakan “Manifesto Pengembangan Perangkat Lunak Agile.” Tak lama setelah itu, “Aliansi Agile” didirikan. Schwaber bersama Mike Beedle menjadi co-penulis buku pertama tentang scrum, “Pengembangan Perangkat Lunak Agile dengan Scrum,” pada tahun 2001.

“Scrum Alliance” didirikan pada tahun 2002 oleh Schwaber sebagai ketua, dengan Mike Cohn dan Esther Derbry. Mereka kemudian menambahkan divisi sertifikasi ke organisasi ini dengan program Certified ScrumMaster.

Apa Saja Konsep Kunci dalam Metodologi Scrum?

Dalam metodologi scrum, terdapat istilah “artefak” yang itu merujuk pada konsep-konsep kunci yang digunakan oleh tim scrum untuk mengembangkan produk dalam lingkungan yang berfokus pada fleksibilitas. Mari kita bahas artefak-artefak paling penting yang dibutuhkan oleh setiap tim scrum, yaitu backlog produk, backlog sprint, dan peningkatan produk.

Backlog produk: Pemilik produk membuat daftar pekerjaan yang perlu dilakukan, dan ia menempatkannya sesuai prioritas. Inilah dasar dari backlog proyek Anda. Ia melakukannya dengan menentukan item yang harus ada, yang kurang penting, dan yang tidak masuk dalam jangka waktu yang ditentukan. Artinya, nilai dari setiap item harus jelas. Apa dampaknya, risikonya, dan bagaimana item tersebut dapat membantu dalam proses pembelajaran?

Backlog sprint: Backlog sprint dapat dijelaskan sebagai kumpulan urutan tugas pengguna di mana tim scrum akan bekerja dalam satu sprint. Penting untuk memastikan bahwa alur tugas pengguna yang paling penting selalu yang sedang dikerjakan dan tidak ada yang terlupakan.

Peningkatan produk: Istilah peningkatan produk merujuk pada semua item backlog produk yang telah selesai selama satu sprint. Ini juga dapat digunakan untuk menggambarkan total semua item backlog dan alur tugas pengguna yang telah selesai.

Apa Nilai-nilai dalam Metodologi Scrum?

Nilai-nilai scrum adalah prinsip-prinsip panduan dalam metodologi scrum. Itu semua adalah pernyataan sederhana yang berfungsi sebagai praktik terbaik dalam metode pengelolaan proyek yang berfokus pada fleksibilitas. Nilai-nilai agile berasal dari “Manifesto Agile,” dokumen yang berisi prinsip-prinsip panduan dalam metodologi manajemen proyek agile. Mari kita telaah dengan singkat apa yang dimaksud dengan nilai-nilai tersebut.

Individu dan interaksi lebih penting daripada proses dan alat: Proses dan alat penting dalam pengembangan produk, tetapi individu dan bagaimana mereka berinteraksi dengan proses dan alat tersebut lebih penting.

Produk yang berfungsi lebih penting daripada dokumentasi lengkap: Sebelum Manifesto Agile, pengembang produk sangat fokus pada dokumentasi. Nilai ini menyatakan bahwa sementara dokumentasi penting, fokus utama tim scrum adalah mengembangkan produk.

Kolaborasi dengan pelanggan lebih penting daripada negosiasi kontrak: Nilai ini menjelaskan bahwa berkolaborasi dengan pelanggan dalam rangka menciptakan produk berkualitas tinggi jauh lebih penting daripada menyusun kontrak yang kaku yang membatasi pengembangan produk, seperti yang dilakukan pada metodologi pengembangan produk yang lama.

Merangkak menuju perubahan lebih penting daripada mengikuti rencana: Nilai ini menyatakan bahwa metode agile adalah metodologi manajemen proyek yang mudah beradaptasi dengan perubahan berdasarkan siklus pengembangan produk yang bersifat iteratif, bukan rencana proyek yang kaku.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *