Resensi Buku

Bagian ke-8 Resensi Buku “The Art of Possibility”

Artikel ini akan membahas satu dari sejumlah bagian yang terdapat dalam buku “The Art of Possibility: Transforming Professional and Personal Life” karya Rosamund Stone Zander dan Benjamin Zander. Bagian pembahasan ini menyoroti sebuah praktik yang penting dalam membangun kehidupan yang penuh kemungkinan, yaitu menerima keadaan apa adanya, termasuk perasaan kita terhadap keadaan tersebut.

Penulis membandingkan dua karakter dalam film “Babe” untuk menggambarkan dua sudut pandang yang berbeda. Film itu mengisahkan seekor bebek di peternakan yang disembelih untuk hidangan. Lalu seekor bebek yang lain merasa kecewa, sedangkan seekor sapi lebih bisa menerima keadaan. Sapi menyatakan bahwa cara terbaik untuk menemukan kebahagiaan adalah dengan menerima kenyataan sebagaimana adanya. Sedangkan bebek menyatakan bahwa kenyataan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan dan harus ditolak.

Praktik “menerima keadaan apa adanya” tidak berarti pasrah atau menerima segala sesuatu tanpa perlawanan. Sebaliknya, ini adalah tentang kehadiran tanpa perlawanan. Artinya, kita bisa merasakan emosi negatif, seperti kekecewaan, tanpa berusaha melawannya. Dengan begitu, kita dapat membuka diri untuk melihat kemungkinan baru yang muncul dari keadaan tersebut.

Sebagai contoh, penulis menggambarkan situasi ketika seseorang sedang berlibur di Florida, tetapi malah mengalami hujan terus-menerus. Sikap perlawanan adalah ketika orang tersebut mungkin akan menghabiskan waktu untuk mengeluh, menyalahkan cuaca, hotel, dan pasangannya. Sedangkan sikap tanpa perlawanan terlihat ketika orang tersebut bisa merasakan kekecewaan karena cuaca yang buruk, namun tetap membuka diri untuk menikmati hal-hal lain seperti bersantai di hotel, membaca buku, atau menonton film. Kehadiran tanpa perlawanan memberikan kita kebebasan untuk memilih tindakan selanjutnya.

Penulis juga memberikan contoh lain, yaitu seorang yang ingin melakukan aktifitas ski yang mengalami kesulitan karena kondisi salju yang bercampur es. Perlawanan ditunjukkan dengan sikap orang tersebut ketika ia menyerah dan beranggapan bahwa kondisi tersebut tidak memungkinkan untuk bermain ski. Sikap sebaliknya bisa berupa perubahan persepsi dan menganggap es sebagai bagian dari pengalaman bermain ski. Hal ini memungkinkannya untuk beradaptasi dan menikmati aktivitas tersebut dengan cara baru.

Melalui praktik “menerima keadaan apa adanya”, kita dapat:

  • Menjernihkan “harus”: Kita sering terlalu fokus pada bagaimana sesuatu seharusnya, daripada apa yang sebenarnya terjadi. Praktik ini membantu kita untuk melepaskan “harus” dan fokus pada apa yang ada.
  • Melepaskan Penolakan: Kita cenderung menolak emosi negatif seperti kesedihan, kemarahan, atau kekecewaan. Praktik ini mendorong kita untuk menghadapi emosi-emosi tersebut tanpa perlawanan.
  • Mengurangi Penilaian: Kita cenderung menilai keadaan sebagai baik atau buruk, benar atau salah. Praktik ini membantu kita untuk melepaskan penilaian dan menerima keadaan apa adanya.
  • Memisahkan Realitas Fisik dan Konseptual: Kita seringkali terjebak dalam konsep-konsep yang diciptakan oleh pikiran kita, sehingga sulit untuk melihat realitas sebagaimana adanya. Praktik ini membantu kita untuk memisahkan realitas fisik dari konseptualisasi kita.

Dengan menerapkan praktik “The Way Things Are”, kita dapat melepaskan diri dari kesedihan dan kekecewaan, serta membuka diri untuk melihat kemungkinan baru yang muncul dari situasi yang tidak menyenangkan. Praktik ini membantu kita untuk menjadi lebih fleksibel, beradaptasi, dan kreatif dalam menghadapi tantangan hidup.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *