Resensi Buku

Manajemen Kualitas dan Efisiensi Versi Taiichi Ono

“Kebijaksanaan diberikan kepada semua orang. Perbedaannya adalah apakah ia melatihnya.” -Taiichi Ono.

Sangat sedikit orang yang mampu memanfaatkan dan menggunakan potensi kebijaksanaan mereka sebaik Taiichi Ono, seorang insinyur industri dan pengusaha Jepang yang meletakkan landasan Sistem Produksi Toyota. Setelah lulus kuliah, dia mulai bekerja di Toyoda Spinning dan Automatic Loom Works, salah satu perusahaan keluarga Toyoda.

Pada tahun 1943, Ono menjadi insinyur produksi di Toyota Motor Company. Karirnya terus berkembang hingga ia memegang jabatan wakil Presiden perusahaan..

Ketika Taiichi Ono bergabung dengan Toyota Motor Company, secara keseluruhan industri otomotif Jepang masih tertinggal dari pabrikan otomotif di AS. Namun jajaran pemimpin Toyota ingin segera bangkit mengejar ketertinggalan. Toyota mengirim Ono ke fasilitas produksi Ford Motor Company untuk mempelajari teknik manufaktur jalur perakitan dari Henry Ford sendiri. Hasilnya adalah konsep manufaktur Toyota Production System. (TPS).

Ono memperoleh ide dari teori supermarket. Menurut penuturan Ono, pengalaman saat mengunjungi Ford yang juga memengaruhi pemikirannya adalah supermarket. Dia tertarik dengan pengelolaan inventaris di lorong-lorong supermarket, yang memungkinkan orang selalu mendapat barang yang ingin dibeli sementara barang-barang itu selalu tersedia. Pengelolaan stok yang disebut sebagai “pull system” (sistem tarik) ini dia adopsi dengan menambahkan kartu pengisian “Kanban” untuk mengisi kembali jumlah stok yang telah berkurang.

Kartu Kanban merupakan adopsi sistem manajemen inventaris “dua-nampan, yang mana inventaris disimpan dalam dua nampan atau paket. Saat personel gudang menarik item terakhir di nampan utama, mereka membuka dan menggunakan inventaris di nampan kedua. Nampan kedua juga memiliki kartu pemesanan ulang yang memberi sinyal saatnya memesan pengisian ulang persediaan. Kejeniusan Ono adalah menggabungkan sistem tarikan dengan pengisian ulang otomatis.

Taiichi Ono juga menyadari bahwa cara terbaik untuk mengelola biaya adalah menghilangkan pemborosan dalam segala bentuk. Dengan melakukan itu, dia mengidentifikasi “Tujuh Pemborosan”, yang dia definisikan sebagai berikut:

  • Waktu Tunggu Tanpa Nilai Tambah
  • Produksi berlebih – Menghasilkan Terlalu Banyak
  • Over-Processing atau aktifitas tanpa nilai tambah
  • Transportasi yang Tidak Perlu
  • Gerakan yang Berlebihan
  • Inventaris
  • Kualitas buruk dan Cacat produksi

Ono ternyata masih perlu memperjuangkan gagasannya. Teori Taiichi Ono mengarah pada penerapan pengelolaan inventaris “Just in Time”” (Tepat Waktu). Tetapi idenya tidak langsung diterima. Ketika dia ingin mengurangi jumlah persediaan yang dikelola di Toyota, dia menerima banyak penolakan dari manajemen. Pada saat itu, Toyota menggunakan manajemen persediaan menimbun dengan alasan untuk berjaga-jaga. Akhirnya, setelah dia bertahan dengan idenya dan ternyata pengurangan inventaris meningkatkan produktivitas dan profitabilitas, perusahaan menerima ide tersebut.

Konsep ini juga berfokus pada kualitas selain pada inventaris. Meskipun Taiichi Ono paling erat kaitannya dengan gagasan pengurangan persediaan, efisiensi dan kualitas adalah landasan teorinya. Dia bekerja sama dengan pakar manufaktur Shigeo Shingo mengembangkan metode manufaktur yang dirancang untuk secara efisien menciptakan produk dengan kualitas yang konsisten.

Kualitas selalu dijadikan penekanan. Ide kaizen, atau perbaikan berkelanjutan, adalah salah satu filosofi dasar TPS: Perbaikan Harian – Pemikiran Yang Baik, Produk Yang Baik.

Bagaimana, apakah Anda sudah menemukan ide pengelolaan kualitas dan efisiensi yang sesuai untuk bisnis Anda?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *