Efisiensi Menggunakan Six Sigma
Pembahasan konsep perbaikan efisiensi dalam bidang manufaktur tetap menjadi perhatian di era ini. Manufaktur, yang sebenarnya adalah pabrik yang mengubah barang setengah jadi menjadi barang jadi, masih memberikan kontribusi besar terhadap pergerakan ekonomi global. Kita juga dapat menggunakan istilah usaha manufaktur untuk menggambarkan kegiatan perakitan. Sebagai contoh, pabrik pembuatan mobil Toyota, pabrik sepeda motor Honda, pabrik ponsel dan sejenisnya. Dalam proses produksinya, pasti ada kecacatan produk yang dihasilkan dari jutaan atau bahkan miliaran unit yang diproduksi.
Kabar baiknya, kecacatan produk dapat dikurangi dengan menerapkan metodologi six sigma. Pendekatan ini pertama kali dilakukan oleh Bob Galvin dan tim insinyur dari Motorola pada tahun 1986 dalam proses produksi gadget pada masa itu, yaitu pager.
Six Sigma tidak hanya sebatas penggunaan standar pengukuran semata, tetapi juga mencakup aspek budaya dalam lingkungan manufaktur. Penerapan Six Sigma dalam manufaktur perusahaan Motorola berhasil menghemat sekitar 16 miliar dolar AS pada waktu itu.
Six Sigma memiliki fokus pada perbaikan yang terkait dengan proses dan kualitas dengan cara mengidentifikasi akar penyebab kesalahan dan mengurangi penyusun produk. Metodologi ini dapat diterapkan secara luas di berbagai bidang industri.
Untuk meningkatkan capaian menuju sasaran Six Sigma, terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan. Pendekatan pertama adalah Six Sigma – DMAIC (Definisikan, Ukur, Analisis, Perbaiki, Kontrol). Pendekatan kedua adalah Desain menggunakan Six Sigma (DFSS), DMADV (Definisikan, Ukur, Analisis, Desain, Verifikasi). Model DMAIC diterapkan ketika ingin meningkatkan kinerja produk, proses, atau layanan yang sudah ada. Sementara itu, model DMADV digunakan ketika proyek bertujuan mengembangkan produk, proses, atau layanan yang direncanakan ulang secara menyeluruh.
Penerapan six sigma yang menguntungkan ini mendorong perusahaan manufaktur lain untuk mengadopsinya karena menghasilkan penghematan yang besar dan meningkatkan profit secara signifikan. Hingga saat ini, metode ini tetap digunakan dan menjadi contoh bagi banyak perusahaan global di seluruh dunia. Six sigma terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan six sigma ini salah satunya berwujud penggabungan dengan budaya Lean.
Awal mula konsep Lean berasal dari Toyota Production System atau yang disingkat sebagai TPS. Toyota merupakan pelopor dalam mengadopsi konsep Lean di dunia. Figur sentral dalam Lean pada saat itu adalah Taiichi Ohno. Lean berfokus pada penghapusan pemborosan, pengembangan alur proses, dan maksimalisasi profit. Lean sendiri sangat cocok untuk diimplementasikan secara independen. Namun, pendekatan tersebut dirasa masih kurang efisien.
Gabungan Lean dengan Six Sigma menghasilkan proses manajemen bisnis yang paling efektif di antara semua pendekatan efisiensi. Lean bersama Six Sigma digunakan oleh perusahaan-perusahaan untuk pengendalian kualitas layanan yang sangat baik dan tahan uji. Individu dengan keahlian Lean dan Six Sigma sangat diminati dan dibutuhkan di berbagai sektor, baik dalam bidang produksi maupun layanan. Lean dan Six Sigma tetap menjadi tren utama pada abad ke-21 ini dalam upaya efisiensi perusahaan. Lean dan Six Sigma digunakan oleh banyak analis bisnis dalam pembentukan persyaratan untuk meningkatkan efisiensi suatu perusahaan.