Kesenjangan Komunikasi karena Perbedaan Generasi (2)
Kondisi kekinian membuat tempat kerja memiliki rentang generasi yang sangat beragam. Variasi ini memunculkan variasi berkomunikasi pula. Di bagian sebelumnya kita telah membahas generasi tertua dan pola komunikasinya, kini mari kita lanjutkan pembahasan ini.
Generasi X, yang merupakan generasi kedua, mereka merupakan kelompok generasi pertama yang mengadopsi teknologi komunikasi digital di lingkungan kerja dan kehidupan pribadi mereka. Mereka telah mengintegrasikan penggunaan email, SMS, dan aplikasi pesan instan pada tahap awal, sehingga menulis menjadi metode komunikasi utama mereka di tempat kerja. Meskipun seringkali merasa terganggu dengan jumlah email yang terus bertambah, generasi ini belum sepenuhnya memeluk bentuk komunikasi digital lainnya. Mereka umumnya kurang antusias terhadap media sosial dan biasanya akan memilih email sebagai pilihan utama komunikasi, bila memungkinkan.
Generasi ketiga sering disebut dengan sebutan Milenium. Terlepas dari sebutannya, baik itu Gen Y atau Millennial, generasi ini dianggap sebagai generasi pertama yang terlahir dalam era digital. Mereka tumbuh dengan keberadaan ponsel, bahkan smartphone, sehingga SMS dan aplikasi pesan lainnya menjadi bagian penting dari cara mereka berkomunikasi. Sebagian besar dari mereka cenderung lebih suka mengirim pesan daripada menelepon teman dan keluarga. Kebanyakan dari mereka lebih suka menggunakan komunikasi teks karena dapat mengirim pesan singkat yang langsung sampai pada intinya. Dalam hasilnya, mereka kurang suka berbicara melalui telepon. Generasi Milenium lebih memilih komunikasi tertulis dan menganggap bahwa berbicara melalui telepon tidak efisien.
Generasi termuda dikenal sebagai Generasi Z. Ada banyak definisi tentang Gen Z, namun mayoritas sepakat bahwa mereka yang lahir setelah tahun 1996, saat ini berada di usia awal hingga pertengahan dua puluhan. Serupa dengan generasi Milenium, Generasi Z juga tumbuh dengan mudah mengakses layar dan internet sejak kecil. Namun, berbeda dengan Milenium, Generasi Z tidak dapat mengingat masa sebelum keberadaan smartphone. Oleh karena itu, mereka lebih memilih komunikasi tertulis dan mengharapkan respons cepat atas pesan yang mereka kirimkan.
Walaupun teknologi terus berkembang, komunikasi tertulis masih memainkan peran penting dalam dunia kerja, mulai dari penggunaan email hingga pesan di aplikasi Slack. Namun, meskipun setiap generasi menggunakan komunikasi tertulis, gaya komunikasi mereka bervariasi.
Salah satu tantangan utama dalam menggunakan komunikasi tertulis adalah sulitnya menangkap nuansa emosi yang ingin disampaikan oleh pengirim pesan. Sebagai contoh, sarkasme yang digunakan dalam email seringkali sulit dipahami atau bahkan disalahartikan oleh pembaca. Saat menggunakan komunikasi tertulis, terkadang pesan yang ingin disampaikan dapat salah ditafsirkan karena kurangnya nuansa emosi dan bahasa tubuh yang bisa membantu dalam berkomunikasi. Meskipun ada emoji yang dapat membantu dalam mengekspresikan nuansa emosi, seperti emoji eye-roll yang dapat menunjukkan sarkasme atau ironi, tidak semua orang menafsirkan emoji dengan makna yang sama. Selain itu, emoji eye-roll juga dapat menunjukkan kebosanan, gangguan, atau ketidaksabaran.
Jadi, bagaimana solusinya?