Pemikiran kelompok dan Cara Menghindarinya bag 1
Pemikiran kelompok terjadi ketika pemikiran individu atau kreativitas individu hilang atau dikalahkan agar zona nyaman pandangan konsensus tetap terjaga. Akal sehat dan kemampuan orang untuk melakukan pemecahan masalah, membuat keputusan yang baik, dan mengemukakan pandangan yang tidak populer dikalahkan oleh keinginan demi konsensus kelompok.
Dalam situasi tertentu mungkin saja kita semua pernah berbenturan dengan konsensus kelompok, tidak peduli seberapa baik dan logisnya gagasan yang akan kita sampaikan. Pernahkah Anda berpikir untuk mengangkat masalah atau pertanyaan dalam pertemuan kelompok, tetapi harus menahan diri karena tidak ingin menghancurkan pandangan konsensus yang telah lama dibangun dalam tim, atau karena tidak ingin dinilai sebagai satu-satunya anggota tim yang tidak mendukung? Pernahkah Anda berada dalam situasi harus memaksa tim untuk melakukan perubahan ketika tim enggan mengungkapkan pendapat mereka yang sebenarnya? Jika Anda pernah dalam situasi sedemikian, maka itu kemungkinnan karena adanya pemikiran kelompok.
Banyak buku bisnis mencuplik bahwa kecelakaan Pesawat Ulang-alik Challanger disebabkan karena adanya fenomena pemikiran kelompok. Buku-buku ini menyatakan bagaimana NASA mengetahui tentang potensi kegagalan tetapi tidak ingin menunda peluncuran sehingga mereka tetap melanjutkan keberangkatan. Namun, yang benar-benar menarik pada contoh ini adalah terdapat sebagian kecil yang memiliki pendapat bahwa pemikiran kelompok bukan penyebab terjadinya kecelakaan. Mereka banyak yang beranggapan terjadinya fenomena pemikiran kelompok antara pihak Nasa dan salah satu kontraktor saat hari peluncuran merupakan penyebab bencana, sedangkan sebagian kecil diantaranya menunjuk kesalahan teknis sebagai penyebabnya. Fakta bahwa sebagian besar buku bisnis ini menunjuk pemikiran kelompok sebagai penyebab bencana itu sendiri merupakan fenomena pemikiran kelompok. Bukankah ini suatu ironi?
William H. Whyte memperkenalkan istilah pemikiran kelompok (groupthink) di majalah Fortune pada tahun 1952, tetapi Irving Janus yang melakukan banyak penelitian tentang hal ini pada tahun 1970-an. Janus mengidentifikasi tiga kondisi yang dapat digunakan sebagai peringatan adanya kondisi pemikiran kelompok:
Terdapat kepemimpinan direktif: yaitu ketika pemimpin kelompok mengarahkan kelompok dan diskusinya.
Terdapat homogenitas kelompok: saat anggota kelompok saling mengenal, berasal dari latar belakang sosial yang sama, dan memiliki ideologi yang sama.
Kelompok mengalami isolasi: saat sebuah kelompok tidak memiliki informasi dari luar yang dapat digunakan untuk membantu mencapai keputusan yang lebih seimbang.
Jika menyimak daftar di atas, maka fenomena pemikiran kelompok dapat terjadi dalam berbagai jenis kelompok. Selanjutnya Janus merinci beberapa gejala pemikiran kelompok.
Beberapa gejala itu adalah sebagai berikut:
1. Kebenaran semu
Tumbuh kepercayaan diri berlebih pada kelompok tersebut dan mereka mulai berpikir bahwa dirinya selalu membuat keputusan yang tepat – mereka tidak akan dapat melakukan kesalahan.
2. Rasionalisasi Peringatan
Kelompok itu selalu meyakinkan dirinya bahwa meskipun ada bukti atau peringatan yang bertentangan, keputusan kelompoknya selalu tepat.
Kelompok tersebut menciptakan rasionalisasi seperti: memang ada pendapat yang bertentangan dengan keputusan kami, tetapi selama ini kami selalu benar dan untuk kali ini kami yakin akan benar.