Hukum Navigasi dalam Kepemimpinann (2)
Hukum navigasi dalam kepemimpinan tercermin baik dalam kisah penjelajahan kutub di tahun 1911 yang dilakukan oleh dua tim. Kelompok pertama dipimpin oleh Roald Amundsen dan yang kedua dipimpin oleh Robert Falcon Scott, Amundsen mematuhi prinsip-prinsip navigasi, sedangkan Scott sebaliknya.
Scott juga tidak memberikan cukup perhatian pada peralatan timnya. Pakaian mereka dirancang kurang sesuai dengan kondisi alam sehingga semua orang mengalami kedinginan. Salah satu anggota tim membutuhkan satu jam setiap pagi hanya untuk mengenakan sepatu botnya di kakinya yang bengkak dan mengalami gangren – kerusakan jaringan tubuh karena kekurangan suplai darah. Semua orang mengalami kesulitan pengelihatan karena kacamata yang tidak memadai yang disediakan oleh Scott.
Di atas segala masalah yang ada, tim selalu kekurangan makanan. Hal itu juga disebabkan oleh perencanaan buruk yang dirancang oleh Scott. Persediaan yang direncanakan oleh Scott kurang memadai dan tidak mampu memenuhi kebutuhan selama perjalanan menuju sasaran dan kembali. Karena terus-menerus kekurangan bahan bakar untuk mencairkan salju, semua orang menjadi dehidrasi. Hal yang membuat semuanya menjadi lebih buruk adalah keputusan Scott di menit terakhir untuk membawa seorang peserta kelima, padahal persediaan hanya cukup untuk empat orang.
Setelah menempuh perjalanan berat sejauh 1200 km dalam sepuluh minggu, kelompok Scott yang kelelahan akhirnya tiba di Kutub Selatan pada tanggal 17 Januari 1912. Di sana mereka menemukan bendera Norwegia berkibar dan sebuah surat dari Amundsen. Tim lainnya yang dipimpin dengan baik telah mengalahkan mereka dan mencapai tujuan lebih dari sebulan lebih awal.
Bila Anda telah membayangkan betapa mengerikan perjalanan tim Scott menuju kutub, itu bukanlah bagian terburuk dari kisah mereka. Perjalanan pulang tim itu lebih memilukan.
Scott dan para pria itu kelaparan dan menderita penyakit kereng. Tetapi Scott, yang tidak mampu menavigasi sampai akhir, tidak menyadari penderitaan mereka. Saat waktu semakin menipis dan persediaan makanan sangat sedikit, Scott bersikeras mengumpulkan 15 kg sampel geologi untuk dibawa pulang—beban tambahan yang harus dibawa oleh para pria yang telah mengalami kelelahan berat.
Kemajuan mereka menjadi semakin lambat. Salah satu anggota kelompok itu mengalami stupor, gangguan kesadaran yang sangat parah, dan meninggal. Yang lain, Lawrence Oates, dalam kondisi yang mengerikan. Mantan perwira militer yang awalnya dibawa untuk merawat kuda-kuda itu mengalami kedinginan yang begitu parah sehingga dia kesulitan melanjutkan perjalanan. Karena ia merasa membahayakan kelangsungan hidup tim, diceritakan bahwa dia sengaja berjalan keluar menerobos badai salju untuk menghilangkan dirinya agar tidak menjadi beban bagi kelompok. Sebelum ia meninggalkan tenda dan pergi menembus badai, ia berkata, “Saya hanya akan keluar sebentar; mungkin agak lama.”