Leadership

Manajemen Perubahan pada Akuisisi Twitter

Setelah berbulan-bulan dalam ketidakpastian, dan sempat akan dibawa ke meja hijau, Elon Musk akhirnya mengakuisisi Twitter senilai USD 44 miliar. Pertanyaan berikutnya adalah: Bagaimana dia akan merombak Twitter? Ini akan jadi contoh manajemen perubahan karena adanya manajemen yang berubah. Masalah tentang bagaimana mengubah strategi bisnis teknologi merupakan hal yang biasa. Persoalan yang harus ditangani Musk tidak berbeda dengan tantangan yang harus dihadapi seorang eksekutif luar yang masuk ke perusahaan baru.

Walau begitu, setiap kejadian pasti memiliki konteksnya sendiri. Selama ini, Musk berpengalaman dalam membangun bisnis baru, tapi akuisisi bisnis yang sudah ada merupakan hal yang berbeda.

Dalam artikel kali ini, terdapat beberapa prinsip umum yang perlu diperhatikan oleh pemimpin bisnis manapun ketika memulai perubahan mendasar pada sebuah nisnis.

Pertama, memilih prioritas tujuan. Ini harus dilakukan sebelum merancang strategi baru, seorang pemimpin baru perlu memprioritaskan tujuan yang jelas, misalnya pertumbuhan pendapatan jangka panjang, profitabilitas jangka pendek, penguatan nilai perusahaan yang sudah ada, mengembangkan produk baru, dsb. Kegagalan mengidentifikasi tujuan utama hampir selalu berarti perusahaan mengejar tujuan yang bertentangan dengan strateginya — minimal membuat strateginya tidak efisien dan maksimal membuatnya rugi. Tanpa prioritas yang jelas, manajemen tidak dapat merumuskan strategi yang menyelaraskan semua bagian organisasi. Unit-unit bisnis atau karyawan garis depan kemungkinan akan membuat pilihannya sendiri tentang prioritas, mengambil keputusan yang tidak selaras dengan strategi umum hingga manajemen harus turun membenahi.

Twitter sudah memiliki tujuan bisnis sebelum Musk datang. Twitter juga ditekan agar segera menghasilkan keuntungan. Musk juga memiliki tujuannya sendiri untuk Twitter. Kesemuanya bisa saja dicapai, namun tetap harus ada prioritas sebagai awalan.

Kedua, mengomunikasikan strategi dengan baik. Agar sebuah strategi dapat mengubah organisasi dengan efektif, strategi itu perlu dikomunikasikan dengan cepat, tegas, jelas, dan sederhana. Strategi harus menjadi pedoman yang memungkinkan para karyawan mudah menentukan berbagai keputusan di pekerjaannya tanpa harus terlalu melibatkan unsur pimpinan. Misalnya, menetapkan dengan jelas produk apa yang akan diakomodasi oleh Twitter – mencakup teks, gambar, video, atau apa. Menetapkan tema konten yang tidak diperkenankan, misal politik, eksplisit, atau apa.

Ketiga, Menetapkan harapan yang tinggi tetapi dapat dicapai. Para manajer sering kesulitan menetapkan tenggat waktu yang realistis untuk proyek teknis yang rumit. Tapi, banyak yang berpendapat bahwa lebih sulit menetapkan tenggat waktu perubahan organisasi. Ketika organisasi menetapkan harapan yang tidak realistis — pada target waktu atau target selainnya — karyawan akan merasakan ketidakadilan dan penurunan moral.

Keempat, Melibatkan pemangku kepentingan. Selalu akan ada pihak yang tidak berbahagia ketika ada perubahan yang strategis. Pelanggan dan karyawan yang ada terbiasa dengan pengalaman tertentu, walau mungkin itu membawa perusahaan ke arah yang salah. Untuk meminimalkan persoalan ini, manajer harus terlibat secara transparan dengan pemangku kepentingan tentang visi bisnis, nilai bisnis serta arah yang ingin dituju terkait produk.

Tidak ada solusi yang membuat semua orang senang. Tapi apapun yang Musk putuskan, dia perlu melibatkan semua pemangku kepentingan dengan mengomunikasikan apa yang mendasari perubahan yang dia buat secara transparan dan menentukan batasan berbagai hal yang akan dia pertanggungjawabkan.

Kelima, Mendefinisikan ulang nilai yang sudah ada. Seiring waktu, perusahaan secara alamiah mengumpulkan kebiasaan dan rutinitas tertentu. Banyak diantaranya pernah berfungsi dengan efektif, tetapi tidak lagi di hari ini. Perubahan manajemen memberikan peluang khusus tapi terbatas untuk mempertanyakan asumsi dan nilai yang ada, juga memikirkan kembali prinsip seputar apa yang dilakukan perusahaan. Dengan memikirkan kembali prinsip yang ada dan membangun budaya yang memungkinkan karyawan memikirkan kembali nilai yang selama ini ada, Musk dapat memberdayakan Twitter agar meluncurkan inovasi penggerak awal dan meninggalkan masa lalu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *